Tombak Kyai Pleret Pusaka Sultan Hasanuddin, Dari Emas Permata Peninggalan Raja Majapahit

Tombak Kyai Pleret Pusaka Sultan Hasanuddin, Dari Emas Permata Peninggalan Raja Majapahit

Tombak Kyai Pleret Pusaka Sultan Hasanuddin, Dari Emas Permata Peninggalan Raja Majapahit--

RADARMUKOMUKO.COM - Sultan Hasanuddin merupakan salah satu pahlawan nasional yang berjuang melawan penjajahan Belanda dan VOC di Sulawesi Selatan. 

Dia adalah raja ke-16 dari Kesultanan Gowa, salah satu kerajaan Islam terbesar di Nusantara.

Sultan Hasanuddin dikenal sebagai Ayam Jantan dari Timur, karena keberaniannya dan keteguhannya dalam mempertahankan tanah airnya.

Dalam perjuangannya, Sultan Hasanuddin memiliki beberapa pusaka yang menjadi lambang kekuasaan dan keagamaannya. Salah satunya adalah Tombak Kyai Pleret, sebuah Tombak yang konon memiliki kekuatan mistis dan sakti.

Tombak ini memiliki bentuk ujung yang runcing dan melengkung, dengan hiasan emas dan permata di sepanjang batangnya, tombak ini juga disebut-sebut sebagai tombak pusaka tertua di Indonesia, yang berasal dari zaman Majapahit.

BACA JUGA:Untung Suropati Dibesarkan di Rumah Belanda, Mengamuk Karena Cinta Beda Kasta Yang Dipisahkan

BACA JUGA:Cinta Soekarno Kepada Siti Oetari, Menikah Karena Dijodohkan Demi Membahagiakan Hati Seorang Guru

Tombak Kyai Pleret diyakini sebagai hadiah dari Raden Wijaya, pendiri Kerajaan Majapahit. Raden Wijaya memberikan tombak ini kepada Raja Gajah Mada, patih dan panglima Majapahit yang berhasil menyatukan Nusantara.

Kemudian, tombak ini diwariskan kepada Raja Hayam Wuruk, raja Majapahit terbesar. Dari Hayam Wuruk, tombak ini turun ke Raja Brawijaya V, raja Majapahit terakhir.

Lalu, tombak ini menjadi milik Raden Patah, putra Brawijaya V yang mendirikan Kerajaan Demak. Akhirnya, tombak ini sampai ke tangan Sultan Hasanuddin.

Sultan Hasanuddin sangat menghargai dan menjaga tombak Kyai Pleret. Dia selalu membawa tombak ini dalam setiap pertempuran melawan Belanda dan VOC.

Dia percaya bahwa tombak ini memberinya perlindungan dan kemenangan. Namun, nasib tombak ini berubah ketika Sultan Hasanuddin menyerah kepada Belanda pada tahun 1667.

Saat itu, Belanda mengancam akan menghancurkan Kesultanan Gowa jika Sultan Hasanuddin tidak mau menandatangani Perjanjian Bongaya, yang mengharuskan dia menyerahkan sebagian besar wilayahnya kepada Belanda.

BACA JUGA:Siapa Bilang Keris Cuma Senjata? Ini Dia Keris Kyai Naga Siluman, Pusaka Mistis Pangeran Diponegoro

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: