Pasukan Belanda dan Jepang Rela Menjadi Buronan Hingga Gugur Dalam Perang Karena Berpihak Pada Indonesia

Pasukan Belanda dan Jepang Rela Menjadi Buronan Hingga Gugur Dalam Perang Karena Berpihak Pada Indonesia

Shigeru Ono, Tentara Jepang Terakhir Yang Ikut membela Kemerdekaan Indonesia--

Pada 25 Oktober 1948, bersama enam anggota PPP lainnya, Chil Sung berhasil diciduk militer Belanda di Parentas (perbatasan Garut-Tasikmalaya). 

Tujuh bulan kemudian, bersama koleganya dari Jepang yang tergabung dalam PPP (Katsuo Hasegawa dan Masharo Aiko), Chil Sung ditembak mati di Kerkof, Garut. Makamnya sekarang ada di Taman Makam Pahlawan Tenjolaya Garut.

Abdullah Sattar

Bagaimana awalnya lelaki asal India, sekarang masuk wilayah menjadi Pakistan itu bergabung dengan kekuatan pasukan Republik di Medan. 

Namun menurut jurnalis sejarah Muhammad TWH, Sattar membelot dari BIA (British India Army) dengan membawa puluhan anak buahnya dan persenjataan lengkap. 

Oleh para petinggi tentara Republik di Medan, pasukan pembelot ini kemudian dibuat kompi tersendiri dalam Batalyon I.

BACA JUGA:7 Pejuang Asing Yang Rela Mati Membela Indonesia, Sebelumnya Pasukan Penjajah

“Sattar sendiri selain menjadi komandan kompi juga dijadikan komandan Batalyon I Resimen III Divisi X dengan pangkat mayor,”ungkap Muhammad TWH.

Dalam perkembangan selanjutnya, mereka banyak dilibatkan dalam berbagai operasi tempur di wilayah Medan dan sekitarnya. 

Bahkan, sebagai tenaga bantuan latih sekaligus petempur, Sattar pernah mengirimkan 17 anggotanya ke palagan Aceh. Diantaranya adalah prajurit yang bernama John Edward (lebih dikenal sebagai Abdullah Inggris), dan Chandra, yang karena kelihaian dalam beretorika lalu didapuk menjadi penyiar Radio Perjuangan Rimba Raya masing-masing untuk program  bahasa Inggris dan bahasa Urdhu (India).

Saat Muhammad Hatta melakukan muhibah ke Sumatera pada awal 1948, pasukan Sattar didapuk untuk mengawal Wakil Presiden pertama RI itu saat berkunjung ke Pematang Siantar. Beberapa saat usai Hatta meninggalkan kota tersebut, militer Belanda kemudian datang menyerang.

Terjadilah pertempuran hebat hingga para prajurit dari selatan Asia itu kehabisan amunisi. Kendati sudah terkepung, mereka tidak lantas menyerah, malah justru mencabut bayonet dan memutuskan untuk berduel satu lawan satu melawan prajurit-prajurit Belanda. Pada akhirnya, sebagian besar dari mereka tewas diberondong senjata militer Belanda.

“Jasad mereka lantas dimakamkan di Pematang Siantar, namun beberapa waktu lalu kerangka-kerangka itu dipindahkan ke Makam Pahlawan Medan,”kata Muhammad TWH.

BACA JUGA:9 Pejuang Dari Pulau Sumatera Untuk Indonesia, Aceh Hingga Lampung

Mayor Sattar sendiri selamat dari insiden tersebut. Setelah penyerahan kedaulatan pada 27 Desember 1949, Sattar memutuskan untuk berhenti menjadi tentara dan berwiraswasta. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: