Pasukan Belanda dan Jepang Rela Menjadi Buronan Hingga Gugur Dalam Perang Karena Berpihak Pada Indonesia

Pasukan Belanda dan Jepang Rela Menjadi Buronan Hingga Gugur Dalam Perang Karena Berpihak Pada Indonesia

Shigeru Ono, Tentara Jepang Terakhir Yang Ikut membela Kemerdekaan Indonesia--

Dia lantas dibawa ke Aceh dan menjadi penyiar bahasa Inggris Radio Rimba Raya. Kadang-kadang dia menjadi ajudan Komandan Divisi X Kolonel Husein Yusuf. 

BACA JUGA:Sejarah Pemberontakan DI/TII Setelah Proklamasi Kemerdekaan, Ujian Paling Berat Bangsa

Beberapa waktu kemudian, pangkatnya dinaikan menjadi kapten. Di kalangan gerilyawan Indonesia kawasan Sumatera, John Edward lebih dikenal sebagai Kapten Abdullah Inggris.

“Setelah memperistri perempuan Pematang Siantar, dia masuk Islam dan berganti nama menjadi Abdullah Siregar. John Edward meninggal di Pematang Siantar pada tahun 1956 sebagai orang biasa yang hidupnya sangat sederhana,” ujar Muhammad TWH, jurnalis sepuh Medan yang pernah mendalami kehidupan Edward.

Johannes Cornelis Princen 

Johannes Cornelis Princen awalnya seorang kopral wajib militer dari Divisi 7 Desember. Johannes Cornelis Princen yang sejak semula sudah merasa tak sreg dengan pengiriman tentara Belanda ke Indonesia. 

“Rasanya ironis saja, kita yang baru saja bebas dari Jerman lalu menjadi penjajah bagi bangsa lain yang ingin merdeka,”ungkapnya.

Namun karena terancam hukuman mati, Princen tetap dipaksa untuk ikut dalam rombongan tentara yang berangkat ke tanah Jawa. 

BACA JUGA:Kisah Sin Nio, Pejuang Wanita Indonesia Susah Payah Dapatkan Uang Pensiun Rp 28 Ribu, Tinggal di Kawasan Kumuh

Singkat cerita awal 1947, dia tiba di Pelabuhan Tanjung Priok dan kemudian ditempatkan di Purwakarta, Jakarta dan Bogor. Saat di Jakarta dan Bogor inilah dia melihat prilaku para serdadu yang membuatnya semakin muak dengan penindasan yang dilakukan bangsanya.

“Mereka memperlakukan orang-orang pribumi laiknya anjing kudisan. Di Bogor mereka bahkan menembak Asmuna, seorang perempuan setempat yang menolak untuk dilecehkan oleh para serdadu,” kenangnya.

Sekira Agustus 1948, Poncke (nama panggilan akrab Princen) melarikan diri dari kesatuannya. Dia kemudian ditangkap oleh Tentara Merah (pasukan pro FDR PKI) dan dipenjarakan di Pati. 

Sebulan kemudian, Batalyon Kala Hitam dari Divisi Siliwangi membebaskannya dan memberikan kebebasan untuk kembali kepada pasukannya. Namun dia kukuh memilih untuk ikut Siliwangi long march ke Jawa Barat.

BACA JUGA:Wilhelmina, Ratu Belanda Yang Tidak Rela Indonesia Merdeka, Akhirnya Merana dan Lakukan Berbagai Cara

Selanjutnya lelaki kelahiran Den Haag pada 21 November 1925 itu tercatat aktif sebagai gerilyawan Republik yang berjuang di wilayah Cianjur-Sukabumi pada 1949. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: