Suku Wong Alas Dianggap Orang Gaib, Berpakaian Serba Putih dan Tak Bertumit

Suku Wong Alas Dianggap Orang Gaib, Berpakaian Serba Putih dan Tak Bertumit

Suku Wong Alas Dianggap Orang Gaib, Berpakaian Serba Putih dan Tak Bertumit --

Warga desa mengkaitkan kematian 35 kambing itu dengan kejadian meninggalnya perempuan wong alas tersebut dengan asumsi kaum wong alas hendak balas dendam dengan warga desa atas kematian salah satu dari anggota mereka.

Kisah lainnya terjadi di tahun 1978 di suatu daerah perdukuhan di bagian selatan Desa Sirongge (sebelah timur Desa Tundangan) yang dihuni beberapa kepala keluarga dan terpaksa pindah karena merasa takut dengan keberadaan wong alas.

BACA JUGA:Tradisi Nyeleneh 6 Suku Pedalaman, Membuat Wanita Menderita

Saat itu, warga perdukuhan mementaskan kesenian ronggeng. Saat tiba waktu tengah malam, tiba-tiba jumlah penonton bertambah, tepat saat pemain ronggeng menyanyikan lagu Ande Ande Lumut. 

Warga perdukuhan curiga dengan kedatangan tamu tak diundang ini yang merupakan wong alas. Hingga akhirnya warga perdukuhan pindah tempat dan muncul mitos bahwa lagu Ande Ande Lumut merupakan lagu untuk memanggil mereka.

Terkait dengan asal usul wong alas, menurut pemerhati sejarah Kabupaten Purbalingga, Catur Purnawan menuturkan bahwa wong alas tidak lepas dari kisah Syekh Jambu Karang, seorang bangsawan dari Kerajaan Pajajaran yang awalnya bernama Raden Mundingwangi. 

BACA JUGA:Misteri Kota Gaib Saranjana di Kalimantan Dikenal Sangat Maju Ada Dalam Sejarah, Tapi Tak Bisa Dilihat

Saat itu, dia bersama rombongan sedang menyendiri ke wilayah Pengunungan Ardi Lawet. Disanalah Raden Mundiwangi dan rombongan bertemu dengan Syekh Atas Angin, seorang penyebar agama Islam. 

Saat itu terjadilah  pertempuran adu ilmu kesaktian dan berakhir dengan kekalahan Raden Mundiwangi.

Karena kalah, Raden Mundiwangi akhirnya memeluk Islam dan mengganti nama menjadi Syekh Jambu Karang yang petilasannya berada di Desa Panusupan, Kecamatan Rembang, Kabupaten Purbalingga dan hingga sekarang menjadi salah satu objek wisata religi. 

BACA JUGA:Misteri Gunung Bromo, Disucikan Suku Tengger, Pusat Kerajaan Gaib

Namun jejak Raden Mundiwangi yang  menjadi mualaf ini tidak diikuti oleh kelompok rombongannya karena mereka memilih untuk tetap memegang keyakinan yang dia pegang.

Kelompok rombongan Raden Mundiwangi ini kemudian mengasingkan diri ke daerah hutan, menjauhkan diri dari pengaruh agama Islam yang sudah dianut oleh sebagian besar masyarakat di Pulau Jawa saat itu dan terus memegang teguh tradisi mereka hingga sekarang. 

Dengan berlatar belakang cerita tersebut, mereka akhirnya dikenal juga dengan nama Suku Pijajaran.*

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: