Jelang HUT Kabupaten Mukomuko, Harga Sawit Terus Naik

Jelang HUT Kabupaten Mukomuko, Harga Sawit Terus Naik

Hasil dari perkebunan Kelapa Sawit di Mukomuko-Dok- radarmukomuko.com

MUKOMUKO, RADARMUKOMUKO.COM - Menjelang perayaan HUT Kabupaten Mukomuko ke-20, harga Tandan Buah Segar (TBS) terus mengalami kenaikan. Dalam waktu 3 hari terakhir 15-18 Februari, 2023, setidaknya telah terjadi 2 kali kenaikan harga sawit. 

Adapun harga sawit tingkat pabrik pada Sabtu 18 Februari 2023, berdasarkan data dari Dinas Pertanian Mukomuko PT. SAPTA, Rp 2.220/Kg, PT. KSM, Rp 2.320/kg, PT. MMIL, Rp 2.320 /Kg, PT SSS. Rp .290 /Kg, PT. SAP, Rp 2.340/Kg PT. KAS, Rp.2.300/Kg, PT. DDP, Rp 2.290/Kg PT. USM, Rp 2.260/Kg, PT. BMK, Rp 2.370 /Kg, dan PT. GSS, Rp 2.350/Kg. Sedangkan harga tingkat petani bervariasi. Selisih harga antara pabrik dengan petani berkisar Rp 150 hingga Rp 250 per Kilogram. Angka tersebut bisa lebih tinggi. Tergantung letak dan kondisi kebun. 

BACA JUGA:Markas Pijat di Mukomuko Digemari Partai Paruh Baya

Sebagaimana disampaikan oleh Kasi Perizinan dan Kemitraan Perkebunan, Dinas Pertanian, Mukomuko, Sudiyanto. Ia mengatakan, jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2022 lalu, harga sawit saat ini jauh lebih rendah. Pada minggu ketiga Februari 2022 lalu, harga sawit tingkat pabrik di atas angka Rp 3 ribu per Kilogram. Puncak harga sawit tertinggi terjadi pada minggu kedua Maret 2022. Ketika itu harga sawit mencapai Rp 3.600,- per Kilogram di pabrik. 

"Setiap tahunnya, puncak tertinggi harga sawit terjadi pada bulan Maret. Kenaikan harga sawit yang terjadi belakangan, besar kemungkinan akan terus berlanjut hingga bulan depan," ujar Sudiyanto. 

BACA JUGA:Pengacara Kondang Hotman Paris Siap Biayai Pernikahan Bharada E

Salah seorang petani sawit, Maiko, (35) mengatakan, kenaikan harga sawit, tidak menambah pendapatan petani. Pasalnya, produksi sawit petani turun drastis, berkisar 50 hingga 70 persen. Kebun sawit yang perawatannya kurang, kondisinya lebih parah lagi. Untuk perawatan, terutama pupuk, butuh biaya besar. Akibat kenaikan harga pupuk non subsidi, banyak petani yang tidak memumpuk secara optimal. Dampaknya, produksi turun drastis. 

"Kenaikan harga sawit tidak meningkatkan pendapatan petani. Buah sawit itu nggak ada (trek, red)," demikian Maiko.*

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: