Meningkatkan Kualitas Hortikultura Indonesia

Meningkatkan Kualitas Hortikultura Indonesia

Meningkatkan Kualitas Hortikultura Indonesia-Ilustrasi-

RADARMUKOMUKO.COM - Indonesia punya modal kuat menjadi pemain besar hortikultura dunia. Kementerian Pertanian seperti disampaikan oleh Dirjen Hortikultura, Hasanuddin Ibrahim, dalam konferensi pers Refleksi Akhir Tahun di Jakarta pada Senin, 2 Januari 2012 mengungkap fakta Indonesia adalah negara eksportir terbesar nanas di dunia. 

Nila ekspornya mencapai US$139- juta dengan pasar hampir ke seluruh dunia. Terbesar Amerika Serikat, diikuti negara- negara di Eropa, Timur Tengah, dan Amerika Latin seperti Peru, Uruguay, dan Panama, Serta India. Nanas diekspor dalam bentuk nanas olahan dalam kaleng.

Sayang kondisi saat ini justru sebaliknya. Negeri ini seolah sedang mengalami kelangkaan hasil bumi. Produk pertanian dari negeri tetangga menjadi penguasa pasar, Bukan produk lokal.

BACA JUGA:Bantu Korban Kebakaran, Baznas Salurkan Dana Rp 5 Juta

Sungguh memprihatinkan bila jagung, Kedelai, Bawang Merah, Dan beragam buah-buahan impor membanjiri pasar dalam negeri. Preferensi pasar pun cenderung berpihak pada produk-produk impor. Kualitas produk impor menjadi penyebabnya. Apalagi dengan harga yang relatif murah dibanding produk lokal, tentu pilihan konsumen jatuh pada produk yang berkualitas lebih baik. 

Kelangkaan produk hortikultura seperti itu dapat memicu terjadinya inflasi. Lantas bagaimana dalam jangka panjang? Bila tidak segera ditangani tentu negeri khatulistiwa ini akan menjadi sasaran empuk bagi negara lain untuk memasarkan produknya.

 Bagaimanapun kebijakan untuk menggenjot produk dalam neger baik dari segi kualitas, kuantitas, maupun biaya, dan meningkatkan volume ekspor akan lebih menguntungkan. Strategi sebagai negara agraris pun pernah dituangkan dalam Garis- Garis Besar Haluan Negara (GBHN). Namun, Sudah hampir satu dekade strategi itu mulai pudar.

BACA JUGA:Harga Kebutuhan Rumah Tangga Makin Tinggi, Emak-emak Mulai Panik

Faktanya, Banyak dijumpai kegagalan produksi hortikultura akibat rendahnya pemahaman petani terhadap penguasaan teknologi budidaya. Berkembangnya penyakit tular tanah seperti Fusarium sp, Phytophthora sp, Erwinia Sp, Serta penggunaan pestisida yang kurang bijak sangat berpengaruh terhadap rendahnya hasil panen. 

Di sini peran pemerintah untuk memberikan informasi mengenai teknologi budidaya pertanian yang benar pada petani. Di samping itu kebijakan pemerintah untuk mengendalikan peredaran pestisida sangat diperlukan.

Sebagai sebuah komoditas strategis, pemerintah turut terlibat intensif dalam menentukan keseimbangan harga pangan. Misalnya melalui operasi pasar oleh Badan Urusan Logistik (Bulog). Bagaimana dengan hortikultura? Risiko jatuhnya harga dan kegagalan panen menjadi hambatan berkembangnya industri hortikultura dalam negeri. Padahal industri hortikultura dalam negeri harus bersaing dengan produk impor yang memiliki standar kualitas tinggi dan harga murah. Keterlibatan pemerintah sangat diperlukan guna menjadikan industri hortikultura menarik bagi petani.

 Jaminan kestabilan harga, supervisi teknologi, bantuan pemasaran, perlindungan terhadap serangan barang impor akan sangat membantu petani.*

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: