Buah Ngetrek, Harga TBS Ngegas

Buah Ngetrek, Harga TBS Ngegas

Truk pembawa muatan Kelapa Sawit ke pabrik--

RADARMUKOMUKO.COM – Harga Tandan Buah Segar (TBS) sawit secara mengejutkan langsung ngegas. Berdasarkan data terakhir, harga TBS ditingkat pabrik saat ini melewati harga yang ditetapkan oleh tim penetapan harga pemerintah. Sayangnya kenaikan terjadi pada saat sebagian besar hasil panen warga ngetrek atau turun. Dimana harga ketetapan pemerintah belum berubah, masih diangka Rp 1.880 per-kg. Sementara harga tertinggi TBS di pabrik saat ini sudah mencapai Rp 1.950 per-kg, yaitu di PT.SAP. Menariknya lagi peta persaingan harga juga mengalami pergeseran. Dimana sudah beberapa bulan PT. SAPTA yang selalu menetapkan harga terendah, saat ini mulai berani jor-joran. Adapun harga TBS terbaru di SAPTA mencapai Rp 1.910 per-kg, melewati harga beli pabrik PT.GSS yang hanya menetapkan harga Rp 1.900 per-kg, padahal biasanya GSS selalu teratas.

Adapun rincian harga lengkap TBS di masing-masing pabrik yaitu, tertinggi PT. SAP Rp 1.950 per-kg, diikti pabrik PT. BMK Rp 1.920 per-kg. kemudian PT. SAPTA, Rp 1910 per-kg, sama dengan pembelian oleh PT. USM. Terus di PT. GSS Rp 1.900 per-kg. sementara lima pabrik lainnya masih membeli buah dibawah ketetapan tim Rp 1.880 per-kg. Masing-masing pabrik PT. KSM menetapkan harga Rp 1.870 per-kg, kemudian PT. MMIL, PT. SSS dan PT.DDP masih diharga Rp 1.840 per-kg. Harga terendah di PT KAS hanya Rp 1.820 per-kg.

Kepala Dinas pertanian Mukomuko, Apriansyah,ST,MT melalui Kabid Perkebunan Meri Marlina membenarkan adanya kenaikan yang cukup baik harga sawit per 6 oktober kemarin.  Kenaikan ini sendiri  kemungkinan besar dipengaruhi oleh kenaikan harga CPO dan juga lancarnya aktivitas jual beli CPO dan produk turunan sawit oleh pihak pengusaha  di daerah ini. Juga tidak menutup kemungkinan karena penurunan produksi kebun masyarakat.

‘’Kabar baiknya harga terus mengalami kenaikan, ini patut kita syukuri, mudahan saja semakin naik kedepannya. Sebab sawit sangat mempengaruhi ekonomi masyarakat kita,’’ paparnya.

Salah seorang warga, Peri Hariadi mengatakan kemungkinan besar saat ini, buah masyarakat mengalami penurunan produksi, karena terlihat di sejumlah pabrik, tidak banyak antrian mobil angkutan buah, berbeda dengan pemandangan biasanya. Maka diyakininua, kenaikan harga karena pabrik sedang kesulitan mendapat bahan baku untuk digiling. Artinya dengan kondisi sekarang keuntungan masyarakat juga belum membaik dari hasil kebunnya.

‘’Mungkin pabrik sedang sulit mencapat buah, hingga masing-masing bersaing menaikkan harga sawit. Bisa kita lihat dari beberapa pabrik sepanjang jalan, biasanya banyak antrian kendaraan bongkar buah, kalau sekarang sepi-sepi saja,’’ tutupnya.(jar)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: