Harimau Turun Gunung
--
Selama Dua Bulan Sudah 10 Ekor Sapi Diterkam
RADARMUKOMUKO.COM – Sejak dua bulan terakhir, Harimau Sumatera atau Panthera tigris sumatrae muncul di berbagai tempat di Kabupaten Mukomuko. Akibatnya, setidaknya sudah 10 ekor ternak warga berupa sapi ditemukan mati diduga diterkam oleh hewan buas tersebut. Pertama harimau muncul dan membuat heboh di wilayah Trans Lapindo Malin Deman, dimana setidaknya ada 8 ekor sapi warga yang dimangsanya. Kemudian harimau diisukan muncul di Desa Lubuk Cabau Kecamatan V Koto yang mengakibatkan satu ekor sapi mati. Setelah itu jejak harimau ditemukan di wilayah PT. DDP Desa Bunga Tanjung Kecamatan Teramang Jaya. Hanya berselang beberapa hari setelahnya harimau muncul di perkebunan di Desa Air Berau Kecamatan Pondok Suguh bahkan satu ekor sapi warga mati. Terakhir jejak harimau dikabarkan ditemukan di wilayah Plasma Kecamatan Kota Mukomuko, namun jejak ini diragukan milik sibelang, kemungkinan besarnya merupakan jejak anjing berukuran besar.
Kemunculan Harimau ini, informasinya disebabkan oleh beberapa kondisi. Perama diduga karena harimau yang biasanya menetap di kawasan hutan, sedang kesulitan mencari makan, karena belakangan ini banyak babi yang mati diserang virus yang mematikan. Kedua karena beberapa waktu terakhir sedang musim buah, kebanyakan hewan pemakan buah seperti babi dari gunung turun, seperti buah durian dan lainnya. Turunnya hewan ini diikuti oleh harimau yang juga mencari mangsanya berupa hewan liar. Kemudian juga menurut pendapat orang tua yang berpengalaman dengan kondisi ini, pada bulan-bulan tertentu, seperti Safar (bulan arab,red), harimau akan muncul menampakkan dirinya.
Kepala perwakilan BKSDA Kabupaten Mukomuko, Rasyidin diminta tanggapannya, membenarkan kabar kemunculan harimau di berbagai lokasi dalam beberapa waktu terakhir. Ia memastikan harimau yang muncul di beberapa tempat tersebut, merupakan harimau yang berbeda-beda. Penyebab munculnya ia kurang pasti, bisa jadi disebabkan karena banyak babi di hutan yang mati karena virus, sehingga harimau melakukan perburuan mangsa lebih jauh dari tempatnya. Juga diakuinya menurut pendapat orang dahulu, bulan-bulan sekarang memang musimnya harimau turun.
‘’Laporan yang kami terima harimau sempat muncul di beberapa tempat dan tercatat sudah 10 ternak yang dimangsanya. Terakhir kalau di wilayah Plasma danau Nibung Mukomuko, seperti bukan jejak harimau, kemungkinan itu jejak anjing liar. Penyebab harimau muncul kita tidak tahu, karena bukan ahlinya. Tapi memang kata orang tua dulu, bulan safar ini musim kemunculannya, tambah lagi belum lama ini banyak babi hutan mati karena virus,’’ katanya.
Ia menegaskan, dilihat dari lokasi titik diduga munculnya harimau, kondisi ini tidak bisa disebut konflik manusia dengan harimau. Sebab wilayah tersebut memang dulunya kawasan hutan yang menjadi habitatnya, hanya saja sudah digarap warga menjadi kebun. Bisa dikatakan terjadi konflik, bila harimau muncul di kawasan pemukiman warga atau di wilayah aktivitas manusia. Walau demikian pihaknya tetap melakukan beberapa upaya, seperti pemasangan perangkap. Di Air Berau harimau sempat masuk perangkap, tapi bisa keluar lagi.
‘’Ini belum bisa dikatakan konflik, karena perkebunan lokasi munculnya harimau memang dulunya termasuk kawasan,’’ tutupnya.(jar)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: