Gerakan Cinta Tanah Gunakan Pupuk Kotoran Kambing
--
RADARMUKOMUKO.COM – Pupuk kimia menyuburkan tanaman, mengkerdilkan tanah.
Dan pupuk organik menyuburkan tanah, kemudian tanah menyuburkan tanaman.
Kalimat tersebut pernah disampaikan oleh Heri Mustaman, SP, MP, saat menjabat sebagai Kabid Tanaman Pangan dan Holtikultura, Dinas Pertanian Mukomuko, beberapa tahun lalu.
Kalimat tersebut telah dibuktikan oleh Edri Yansen, warga Karang Jaya, Kecamatan Teras Terunjam. Pada akhir 2021, Yansen mulai memelihara kambing keturunan Etawa dan Saigon.
Ada beberapa tujuan dari memelihara kambing ini. Pertama mendapatkan keuntungan dari berkembangnya kambing. Kedua keuntungan berupa pupuk organik, yang berupa kotoran dan urine kambing.
Belum genap 1 tahun, beberapa kambing mulai beranak, dan juga mendapat pupuk organik. Penggunaan pupuk organik, salah satu bentuk cinta terhadap tanah. Pasalnya dengan menggunakan pupuk organik, tanah menjadi subur.
Yansen mengatakan awalnya memelihara 13 ekor kambing. Dari jumlah tersebut, telah didapat 400 liter urine kambing, dan 15 karung pupuk kandang setiap bulannya. Hal sudah sangat membantu meringankan biaya pembelian pupuk. Urine kambing dijadikan Pupuk Organik Cair (POC). Sebelum diimplementasikan, urine kambing dan pupuk kandang, dilakukan fermentasi terlebih dulu.
‘’Urine kambing dan pupuk kandang ini sangat bagus untuk tanaman dan tanah jadi subur. Pelihara kambing, menjadi solusi mengatasi mahalnya pupuk organik,’’ jelas Yansen.
Masih Yansen, dari 13 ekor kambing, 8 diantaranya bunting. Belakangan beberapa ekor kambing sudah mulai beranak. 1 induk kambing, ada yang melahirkan 2 ekor, ada juga yang 1 ekor. Anak-anak kambing ini sebagai awal keuntungan, meskipun baru bisa dijual beberapa tahun ke depan.
Meskipun belum mendapatkan hasil dari menjual kambing, tapi sudah mendapat keuntungan berupa pupuk organik. Kecukupan pakan, menjadi salah satu kunci keberhasilan.
Persiapan pakan telah dilakukan dengan matang. Tanaman rumput di sela tanaman holtikultura dan kebun sawit, stoknya cukup banyak.
‘’Kambing 24 jam dalam kandang. Kalau dilepas, selain berpotensi merusak tanaman, kotorannya dan urine tidak bisa terkumpul. Soal pakan, stoknya sudah disiapkan,’’ papar Yansen.
Yansen menargetkan akan memelihara minimal 50 ekor untuk indukan. Kambing jantannya akan disesuaikan dengan kebutuhan.
Jumlah tersebut, tentunya tidak harus beli seluruhnya, melainkan hasil pengembangan. Setelah jumlah indukan cukup, maka anak-anaknya akan dijual.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: