Kades Lubuk Mukti Sukses Ternak Burung Murai Batu

Kades Lubuk Mukti Sukses Ternak Burung Murai Batu

SEDERHANA: Tempat peternakan burung murai batu, milik Warsi. Sederhana tapi mendatangkan banyak uang.-IST/RM-

PENARIK, RADARMUKOMUKO.com - Warsito Adi, sukses melakukan ternak burung murai batu di Kabupaten Mukomuko. 1 ekor  anakan burung  murai batu dibandrol Rp 2,5 juta per ekor. Kades Lubuk Mukti  Kecamatan Penarik ,  berhasil meraup uang jutaan rupiah dari usaha sampingan ternak murai batu.

Kepada wartawan koran radarmukomuk.com. Pria yang akrab disapa Warsi ini menceritakan. Usaha sampingan ini berawal dari hobi. Awalnya ia hobi mengadu burung berkicau. Melalui hobi ini, Wasri memiliki teman yang hobi burung di berbagai daerah. Bukan hanya di Mukomuko, tapi hingga provinsi lain.

''Memiliki banyak teman tidak ada ruginya. Semakin banyak teman, semakin banyak pintu rezeki. Sekarang ada yang   membeli burung  dengan saya  dari luar provinsi,'' jelas Warsi.

Ia mengatakan burung indukan utama sengaja dibeli dari Provinsi Sumatera Barat (Sumbar). Awalnya hanya 3 pasang. Bagi Warsi, ternak burung ini bukan hal yang sulit. Hal yang paling penting adalah sabar dan tekun. Anak burung yang menetas 1 minggu harus dipisahkan dari induknya. Selanjutnya burung diasuh terpisah.

''Ketika ada bayi burung, kemana-mana dibawa. Supaya tidak terlambat makan,'' tambah Warsi.


Anak burung yang mulai disapih dari induknya-radarmukomuko.com-

Dikatakan Warsi, sukses yang sekarang dirasakan tidak datang begitu saja, tapi buruh  proses dan perjuangan panjang.  Guna  merasakan pahit getirnya menjadi pecinta burung.

Dikisahkannya, Warsi terlahir dari keluarga yang sangat miskin. Sepanjang hari orang tuanya sibuk menjadi buruh harian. Warsi kecil bebas melakukan apa saja, sesuai dengan dunia anak-anak. Untuk mendapatkan uang jajan, Warsi mencari dan memikat burung. Jika mendapat burung bagus dijual. Ketika dapat burung yang tidak laku, dibakar untuk tambahan gizi.

 Bergelut dengan dunia burung terus berlanjut hingga dewasa dan berkeluarga. Warsi dewasa tidak lagi menangkap burung, melainkan mengadu burung berkicau. Membeli dan menjual burung aduan merupakan kehidupan sehari-hari.

 Hal tersebut sempat mendapat protes keras dari sang istri. Pasalnya ketika sedang bermain burung, lupa segalanya. Suatu ketika, Warsi membeli burung murai batu kualitas tinggi, harga murah.

 Setelah dipelihara beberapa bulan, burung tersebut dibeli oleh orang. Ternyata burung tersebut hasil curian. Setelah pencuri burung tertangkap, nama Warsi ikut tersangkut. Meskipun tidak menjadi tersangka, tapi hal itu membuat dirinya sibuk, pusing dan strees.

''Sejak kejadian itu, saya meninggalkan dunia burung. Meskipun bertentangan dengan hati kecil saya,'' ungkap Warsi.

Berpisah dengan dunia burung, membuat Warsi seakan kehilangan segalanya. Bekerja tidak fokus, semakin hari badan semakin kurus. Hal yang demikian mengundang keprihatinan saudaranya.

 Kemudian Warsi diberi burung murai kualitas tinggi dari Sumbar. Warsi diminta untuk mengembangkan burung tersebut. Dunia yang hilang seakan kembali lagi. Induk burung dipelihara dengan baik, sehingga lahir anak burung yang berkualitas. Ratusan anak burung sudah dihasilkan dan dijual.

''Dari jual anak burung ini, bisa beli tanah dan kendaraan. Istri yang awalnya tidak setuju, sekarang dia yang lebih banyak merawat anak burung,'' demikian Warsi.(dul)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: