Petani Sawit Dihantui Dugaan Pencurian TBS

Petani Sawit Dihantui Dugaan Pencurian TBS

MUKOMUKO - Harga Tandan Buah Segar (TBS) sawit yang terus naik, selayaknya memberi kenyamanan kepada petani. Faktanya para petani juga harus menghadapi berbagai kendala dan persoalan. Mulai dari melambungnya harga pupuk dan kondisi cuaca, petani juga dihantui oleh dugaan pencurian TBS oleh orang tak bertanggungjawab. Tak jarang sawit hilang dari batangnya dan bahkan buah yang sudah dipanen juga rawan diangkut pencuri. Salah seorang petani, Radi mengatakan, penyakit yang dihadapi sawit mahal adalah pencurian buah. Sering pemilik kebun menjerit, karena buahnya sudah dipanen duluan oleh orang lain. Apalagi sawit yang sudah dipanen, ditinggalkan atau terlambat diangkut oleh petani, kerap diangkat duluan oleh pencuri. Maka kalau sawit sudah masak, harus sering ditinjau, karena pelaku pencurian menunggu pemilih kebun lengah. ''Biasanya pencuri beraksi sore hingga malam hari, bukan buah yang sudah dipanen dan tinggal diangkut. Sawit di batangnya sekarang bisa dodos pencuri malam hari. Sudah sering terjadi. Semua desa penyakitnya hampir sama,'' kata Radi. Masih dikatakannya, dengan harga TBS mencapai Rp 2.750 per-kg, banyak orang berpikir nekat. Sebab dapat buah 50 kg saja, hasilnya sudah lumayan untuk belanja sehari. Pada dasarnya petani tidak persoalkan kalau hanya mencari brondol. Dengan seringnya buah hilang, akhirnya banyak yang keberatan jika ada orang masuk kebunnya cari brondol. ''Sebenarnya cari brondol hasilnya lumayan, pemilih kebun selama ini tidak marah. Tapi karena sering buah hilang, wajar pemilih kebun mulai keberatan. Mungkin pelakunya orang lain, bukan yang biasa cari brondol,'' tegasnya. Pemilik kebun lainnya, Asep Endi juga mengatakan, sejauh ini buah sawitnya belum ada yang hilang. Namun ia mengaku khawatir, karena sudah banyak petani lain yang kehilangan buahnya. Menariknya dugaan pencurinya membawa mobil ke kebun, sehingga kebun satu hamparan bisa habis seluruhnya. ''Kalau cerita yang saya dengar, orang mencuri bawa mobil, bayangkan berapa kilogram muatan bisa diangkut, berton-ton sekali curi. Kalau harga sekarang, uangnya cukup banyak, wajar petani marah,'' pungkasnya.(jar)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: