Harga Pupuk Selangit, Petani: Ora Papa

Harga Pupuk Selangit, Petani: Ora Papa

Harga Sawit Tembus Rp 2.600 per Kilogram

TERAS TERUNJAM – Harga pupuk non subsidi terus mengalami kenaikan. Permintaan yang tinggi, menjadi salah satu penyebabnya. Harga terbaru pupuk TSP ukuran 50 kilogram dibandrol Rp 470 ribu, NPK Rp 700 ribu. Pupuk mutiara Rp 550 ribu per zak. Pupuk tersebut paling banyak digunakan oleh petani. Meskipun harga pupuk selangit, bagi petani petani tidak ada masalah (Ora Papa, red). Pasalnya kenaikan pupuk juga diikuti dengan kenaikan harga sawit. Data terbaru (12/10) harga sawit kembali mengalami kenaikan, dengan harga tertinggi Rp 2.600 per kilogram. Jika dikalkulasikan, hasil panen, lebih dari cukup untuk membeli pupuk.

Salah seorang petani, Adri Yansen, warga Desa Karang Jaya, Kecamatan Teras Terunjam, menyampaikan, dirinya telah melakukan perhitungan antara harga sawit dengan kenaikan pupuk. Hasilnya, petani sawit masih untung, meskipun harga pupuk mengalami kenaikan lebih dari 100 persen. Pasalnya harga sawit juga mengalami kenaikan mencapai 100 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

‘’Hitung-hitungan saya, meskipun harga pupuk tinggi, tapi hitungannya masih masuk. Dengan kata lain, petani sawit masih mendapatkan uang untuk beli pupuk, serta kebutuhan lainnya,’’ jelas Yansen.

Yansen menyampaikan, perawatan yang ideal, pemupukan dilakukan 3 kali dalam setahun atau 4 bulan sekali. Dibutuhkan 1,5 kilogram pupuk per batang, dalam sekali pemupukan. Dalam 1 Hektare, rata-rata berisi 120 batang, maka dibutuhkan 180 kilogram pupuk per hektare. Jika yang digunakan pupuk NPK, maka biaya sekali pupuk sekitar Rp 2.520.000. Jika pemupukan dilakukan sebanyak 3 kali, maka modal yang dikeluarkan sebesar Rp 7.560.000,-. Dengan perawatan yang baik, produktivitas kebun mencapai 70 persen. Jika 1 batang menghasilkan 1 janjang sawit dengan berat 12 kilogram, maka dalam 1 tahun didapat uang Rp 48.284.000,-. Jika Rp 10 juta untuk biaya perawatan lain, seperti membersihkan lahan dan batang, maka petani masih mendapatkan keuntungan lebih dari Rp 20 juta. Dengan perawatan yang rutin dan disiplin, angka tersebut diatas bisa mencapai 3 kali lipat.

‘’Kalau hitungan saya, hasil terendah. Pada umumnya 1 janjang sawit bisa mencapai berat 50 kilogram. Intinya meskipun harga pupuk naik tinggi, petani masih untung,’’ tambah Yansen.

Masih Yansen, kondisi berbeda 180 drajat terjadi pada petani holtikultura dan tanaman pangan. Ia mengatakan, selain memiliki kebun sawit, dirinya juga memiliki lahan khusus untuk tanaman holtikultura. Oleh karena itu, ia bisa merasakan dari dua sisi.

‘’Petani sawit tetap tenang dengan kenaikan harga pupuk. Tidak demikian halnya dengan petani holtikultura dengan tanaman pangan. Untungnya ada pupuk subsidi,’’ demikian Yansen.(dul)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: