Dewan Dalami Pengadaan CT Scan Mahal
MUKOMUKO – Terkait dengan pembelian CT Scan di rumah sakit Mukomuko dengan harga pantastis, yaitu mencapai Rp 11 miliar, dipastikan oleh dewan akan telusuri lebih jauh. Karena ada beberapa hal yang dinilai pantas dipertanyakan dari pembelian barang mahal ini. Pertama terkait anggarannya dari pusat dan tidak masuk dalam APBD Mukomuko. Kemudian peralatan ini juga dinilai mubazir, karena tidak berfungsi, lantaran RSUD Mukomuko belum memiliki tenaga ahli mengoperasikan alat tersebut.
Ketua Komisi II yang ketua Pansus Pertanggungjawaban APBD 2020, Antonius Dale,SP mengatakan persoalan pengadaan alat ini, dewan tidak bisa menerima begitu saja. Pihak rumah sakit berdalih dananya dari stimulus bendahara pusat, sehingga waalau tidak masuk APBD dapat dibelanjakan. Padahal menurut ketentuan, setiap anggaran pusat dalam bentuk uang yang diterima daerah harus masuk APBD. Kecuali yang berbentuk bantuan barang atai fisik.
‘’Terkait pengadaannya dengan anggaran yang tidak masuk APBD bagaimanapun harus kita telusuri, apakah benar seperti yang disampaikan pihak managemen rumah sakit. Karena dalam pelaporannya, pengadaan alat ini dimasukkan,’’ katanya.
Terus kata Anton, apakah benar rumah sakit memilih menggunakan dana untuk pembelian CT Scan canggih tersebut juga sudah ditentukan oleh pusat. Jika tidak kenapa rumah sakit tidak membeli alat yang benar-benar dibutuhkan dan dapat digunakan. Sebab ST Scen ini belum terlalu dibutuhka oleh rumah sakit dan belum ada tenaga ahli yang dapat mengoperasikannya. Pada akhirnya alat dengan harga Rp 11 miliar ini terkesan mubazir. Jikapun didatangkan tim ahli, mau tidak mau rumah sakit juga perlu menambah anggaran untuk gaji bagi tenaga ahli tersebut.
‘’Terkesan dipaksakan membeli alat mahal tidak berguna, kenapa tidak beli alat yang lain dan dapat dioperasikan oleh tenaga yang ada. Alasannya sudah ditentukan pusat, maka perlu kita dalami juga,’’ katanya.
Direktur RSUD Mukomuko, Dr.Syafriadi,Sp.PD diminta tanggapannya, mengatakan pengadaan CT Scan ini sebelum dirinya dipercaya bupati memimpin rumah sakit. Ia mengakui dana pengadaannya dari bendahara pusat. Apakah sebelum pembelian ada koordinasi antara managemen dengan dewan, ia kurang paham. Syaf mengakui sementara CT Scan tidak dipungsikan, sesuai permintaan bupati, pihaknya tengah mencari tenaga ahli yang dapat mengoperasikan. Tentu dengan mendatangkan tenaga baru, juga butuh dana untuk gaji dan fasilitas ahli nanti.
‘’Sejak dibeli sampai sekarang belum digunakan, kami sedang mencoba mengajukan kejasama dengan pihak kampus dan rumah sakit di Padang. Mengenai pengadaan yang dipertanyakan dewan kita menyerahkan ke dewan,itu haknya,’’pungkas Syaf.(jar)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: