Ketika kehadiran ayah kurang atau bahkan tidak ada, anak laki-laki tersebut kehilangan sosok yang bisa menjadi panutan untuk belajar menghadapi tantangan hidup.
Anak-anak ini mungkin merasa tidak yakin dengan kemampuan mereka sendiri dan sering kali membandingkan diri dengan orang lain secara negatif. Mereka juga cenderung mengalami kesulitan dalam menghadapi kritik atau situasi yang menantang, karena tidak mendapatkan dukungan emosional dari figur ayah.
Penelitian menunjukkan bahwa kehadiran ayah yang aktif dalam kehidupan anak berperan dalam membangun ketegasan dan rasa percaya diri yang tinggi. Ayah tidak hanya berfungsi sebagai pemberi perlindungan, tetapi juga sebagai sumber kekuatan psikologis yang mengajarkan anak tentang nilai-nilai maskulinitas yang positif dan sehat.
Anak-anak yang tumbuh dengan ayah yang peduli dan mendukung cenderung memiliki kepercayaan diri yang lebih tinggi, yang akan membantu mereka dalam berbagai aspek kehidupan.
3. Kesulitan dalam Menjalin Hubungan Sosial
Ketika seorang anak laki-laki kurang mendapatkan kasih sayang dan perhatian dari ayah, mereka mungkin mengalami kesulitan dalam menjalin hubungan sosial yang sehat. Ayah biasanya berperan sebagai teladan dalam interaksi sosial dan mengajarkan anak bagaimana cara berkomunikasi dengan baik serta memperlakukan orang lain dengan hormat.
Tanpa kehadiran ayah, anak laki-laki mungkin tumbuh tanpa memiliki contoh langsung tentang bagaimana membangun hubungan yang positif dan suportif. Mereka mungkin merasa canggung atau tidak nyaman ketika berada di lingkungan sosial, yang pada gilirannya bisa memengaruhi kehidupan sosial dan akademis mereka.
Dalam jangka panjang, anak-anak yang tidak memiliki hubungan yang dekat dengan ayah cenderung memiliki kesulitan dalam memahami dan mengelola emosi, baik emosi mereka sendiri maupun emosi orang lain.
Hal ini membuat mereka lebih rentan mengalami konflik interpersonal dan kesulitan beradaptasi dalam hubungan romantis atau pertemanan yang lebih dalam di masa dewasa.
Oleh karena itu, penting bagi ayah untuk terlibat secara aktif dan berinteraksi dengan anak laki-lakinya agar mereka dapat belajar nilai-nilai sosial yang sehat.*