RMONLINE.ID - Gluten, protein yang ditemukan dalam gandum, barley, dan rye, telah menjadi topik hangat dalam diskusi kesehatan dan nutrisi. Bagi sebagian besar orang, gluten tidak menimbulkan masalah. Namun, bagi mereka yang sensitif atau intoleran terhadap gluten, konsumsinya dapat memicu berbagai masalah kesehatan yang serius.
Penyakit celiac adalah kondisi autoimun yang dipicu oleh konsumsi gluten. Ketika penderita penyakit celiac mengonsumsi gluten, sistem kekebalan tubuh mereka menyerang usus kecil, menyebabkan kerusakan pada vili usus.
Akibatnya, penyerapan nutrisi terganggu, yang dapat menyebabkan kekurangan gizi, anemia, osteoporosis, dan bahkan meningkatkan risiko beberapa jenis kanker.
Gejala penyakit celiac bervariasi, mulai dari sakit perut, diare, dan kembung hingga kelelahan, depresi, dan masalah kulit.
BACA JUGA:Buat Kamu Penderita Diabetes, Minum 5 Jenis Teh Ini Untuk Bantu Kontrol Kadar Gula Darah
BACA JUGA:Kenalan dengan Kanker Saluran Pencernaan, Bagaimana Gejalanya, Risiko, Faktor, dan Perawatannya
Selain penyakit celiac, ada juga kondisi yang dikenal sebagai sensitivitas gluten non-celiac (NCGS). Individu dengan NCGS mungkin mengalami gejala mirip penyakit celiac ketika mengonsumsi gluten, namun tanpa kerusakan usus yang sama. Gejala dapat mencakup sakit kepala, kelelahan, nyeri sendi, dan masalah pencernaan.
Konsumsi gluten juga telah dikaitkan dengan peningkatan peradangan dalam tubuh. Peradangan kronis dapat berkontribusi pada berbagai masalah kesehatan, termasuk penyakit jantung, diabetes, dan gangguan autoimun.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa mengurangi atau menghilangkan gluten dari diet dapat membantu mengurangi peradangan pada beberapa individu.
Gluten juga dapat mempengaruhi kesehatan otak. Beberapa studi menghubungkan sensitivitas gluten dengan berbagai masalah neurologis, termasuk migrain, neuropati perifer, dan bahkan kondisi seperti depresi dan kecemasan. Meskipun mekanisme pastinya belum sepenuhnya dipahami, teori menunjukkan bahwa gluten dapat mempengaruhi produksi neurotransmiter dan memicu respon inflamasi di otak.
Bagi individu dengan kondisi autoimun yang sudah ada, seperti tiroiditis Hashimoto atau rheumatoid arthritis, konsumsi gluten dapat memperburuk gejala. Ini karena gluten dapat meningkatkan permeabilitas usus, fenomena yang dikenal sebagai "leaky gut", yang dapat memicu atau memperparah respon autoimun.
Penting untuk dicatat bahwa tidak semua orang perlu menghindari gluten. Bagi mereka yang tidak memiliki sensitivitas atau intoleransi, produk gandum utuh yang mengandung gluten dapat menjadi bagian dari diet sehat. Namun, jika seseorang mencurigai masalah terkait gluten, penting untuk berkonsultasi dengan profesional kesehatan sebelum membuat perubahan diet yang signifikan.
Diagnosis sensitivitas gluten atau penyakit celiac dapat rumit, sering memerlukan kombinasi tes darah, biopsi usus, dan eliminasi diet. Bagi mereka yang didiagnosis, diet bebas gluten yang ketat adalah satu-satunya pengobatan yang efektif. Ini melibatkan penghindaran ketat terhadap semua makanan yang mengandung gandum, barley, dan rye, serta berhati-hati terhadap kontaminasi silang dalam persiapan makanan.