RMONLINE.ID – Dalam momen bersejarah di panggung olahraga dunia, Sifan Hassan, atlet lari jarak jauh asal Belanda, mencuri perhatian saat mengenakan hijab pada upacara penutupan Olimpiade Paris 2024. Aksi inspiratif ini terjadi di Stade de France, Paris, pada Minggu malam, 11 Agustus 2024, menjadi sorotan di tengah keberagaman dan inklusivitas yang dijunjung tinggi dalam ajang olahraga terbesar di dunia.
Hassan, yang lahir di Ethiopia dan hijrah ke Belanda pada usia 15 tahun, telah menjadi sosok yang dikenal luas di dunia atletik. Prestasinya yang gemilang termasuk meraih medali emas dalam cabang lari 5.000 meter dan 10.000 meter di Olimpiade Tokyo 2020. Di Paris, ia kembali menunjukkan kehebatannya dengan meraih medali emas pada nomor maraton putri dengan catatan waktu impresif 2 jam 23 menit 5 detik.
Keputusan Hassan untuk mengenakan hijab pada upacara penutupan menjadi simbol kuat bagi banyak orang. Ia membuktikan bahwa keyakinan agama dan prestasi olahraga dapat berjalan beriringan. Dalam balutan hijab berwarna hitam, Hassan berdiri tegak di antara para atlet lainnya, memancarkan kepercayaan diri dan kebanggaan akan identitasnya.
BACA JUGA:Pelaku Penusukan di Ram Sawit Sungai Rumbai Serahkan Diri ke Polisi Setelah 17 Hari Menghilang
BACA JUGA:Mukomuko Rekomendasi Tiga Rumah Sakit di Bengkulu Tempat Pemeriksaan Kesehatan Calon Bupati
Aksi Hassan ini mendapatkan sambutan hangat dari berbagai kalangan. Komunitas Muslim di seluruh dunia merasa bangga dan terinspirasi oleh keberaniannya. Banyak atlet dan tokoh publik juga memberikan dukungan dan apresiasi melalui media sosial. Pesan toleransi dan penerimaan perbedaan menjadi poin penting yang mengemuka dari peristiwa ini.
Namun, tak dapat dipungkiri bahwa aksi Hassan juga menuai kontroversi. Beberapa pihak berpendapat bahwa hijab tidak sesuai dengan semangat sekuler yang dianut Prancis. Namun, Hassan tetap teguh pada pendiriannya. Ia menegaskan bahwa hijab adalah bagian dari identitasnya dan tidak menghalanginya untuk mencapai prestasi tertinggi dalam olahraga.
Di luar kontroversi, aksi Hassan telah membuka dialog penting tentang inklusivitas dalam olahraga. Ia menjadi contoh nyata bahwa atlet dari berbagai latar belakang budaya dan agama dapat bersaing dan berprestasi di tingkat tertinggi. Keberaniannya untuk menjadi diri sendiri dan memperjuangkan keyakinannya patut diapresiasi.
BACA JUGA:Potensi Gempa Besar, BMKG Ingatkan Warga Terkait Energi Megathrust Yang Mulai Jarang Dilepaskan
BACA JUGA:HUT ke-79 RI, Pemkab Mukomuko Gelar Gotong Royong, Donor Darah dan Sunatan Masal
Bagi Hassan sendiri, mengenakan hijab adalah pilihan pribadi yang ia ambil dengan penuh keyakinan. Ia berharap dapat menginspirasi generasi muda, terutama perempuan Muslim, untuk mengejar impian mereka tanpa rasa takut atau ragu. Ia membuktikan bahwa batasan hanya ada dalam pikiran, dan dengan tekad dan kerja keras, segala sesuatu mungkin tercapai.
Olimpiade Paris 2024 telah menjadi saksi bisu dari momen bersejarah ini. Sifan Hassan, dengan hijabnya, telah mengukir namanya dalam buku sejarah olahraga. Ia bukan hanya seorang atlet berprestasi, tetapi juga simbol keberanian, inklusivitas, dan semangat juang yang tak kenal menyerah.
Kisah Sifan Hassan akan terus dikenang sebagai inspirasi bagi banyak orang. Ia telah menunjukkan bahwa perbedaan bukanlah penghalang untuk meraih kesuksesan. Dalam dunia yang semakin terhubung, pesan toleransi dan penerimaan perbedaan yang ia bawa menjadi semakin relevan.
Semoga aksi inspiratif Sifan Hassan dapat mendorong perubahan positif dalam dunia olahraga dan masyarakat secara luas. Kita semua memiliki peran untuk menciptakan lingkungan yang inklusif, di mana setiap individu dapat merasa diterima dan dihargai, terlepas dari latar belakang mereka.*