Tetapi jika yang tampak dalam bayangan air adalah bentuk kayu, itu artinya bukan pucang kalak. Pucang biasa.
Suatu malam Bung Karno didatangi orang dengan membawa sebalok kayu pohon Pucang Kalak yang ia potong dengan tangannya, balok itu diserahkan kepada Bung Karno.
"Untuk menghadapi para Jenderal..!! "kata orang itu.
BACA JUGA:Wanita Terakhir Dinikahi Soekarno Hanya Bertahan 2 Tahun, Ini Penyebabnya Terpisah
BACA JUGA:Keberadaan 57 Ton Emas Soekarno Di Bank Swis Terus Menarik Perhatian, Ini Kata Sejarawan
Lalu Bung Karno menyuruh salah seorang seniman Yogyakarta untuk membuat kayu itu menjadi Tongkat Komando.
Pada penulis biografinya Bung Karno, ‘Penyambung Lidah Rakyat Indonesia’, Cindy Adams, Bung Karno berkata bahwa tongkat komandonya itu tidak memiliki daya sakti atau daya linuwih.
"Itu hanya kayu biasa yang aku gunakan sebagai bagian dari penampilanku sebagai pemimpin dari sebuah negara besar,” kata Bung Karno kepada Cindy Adams pada suatu saat di Istana Bogor.
Presiden Soekarno saat bertemu Fidel Castri-Istimewa-Berbagai Sumber
Dalam biografi itu diceritakan, pernah pada suatu saat dalam pertemuannya dengan Presiden Kuba, Fidel Castro.
BACA JUGA:Cerita Presiden Soekarno dan 670 Kupu-Kupu Malam Kesayangannya, Strategi Jitu
BACA JUGA:Saat Soekarno Diprank Idrus dan Markonah, Mengaku Raja dan Ratu Suku Anak Dalam
Castro memegang tongkat Bung Karno dan bercanda.
"Apakah tongkat ini sakti seperti tongkat kepala suku Indian..??" kelakar Castro.
Cerita lain tentang tongkat Soekarno, adalah saat ia berkunjung ke Gedung Putih, Amerika Serikat pada tahun 1961.
Saat itu, Soekarno bertemu dengan Presiden AS Dwight D. Eisenhower dan meninggalkan tongkat komandonya di salah satu ruangan di Gedung Putih.