Cinta adalah salah satu emosi paling kuat yang dapat kita rasakan, dan tidak mengherankan jika cinta sering menjadi alasan kita terus memikirkan seseorang.
Baik itu cinta yang baru tumbuh, cinta yang sudah lama ada, atau bahkan cinta yang tidak berbalas, perasaan ini dapat mendominasi pikiran kita.
Dari sudut pandang ilmiah, cinta memicu pelepasan hormon dan neurotransmitter seperti dopamin, norepinefrin, dan serotonin yang dapat menciptakan perasaan euforia dan kecanduan. Ini menjelaskan mengapa kita merasa sulit untuk berhenti memikirkan orang yang kita cintai.
Adanya Konflik Belum Selesai
Kadang-kadang, kita terus memikirkan seseorang karena ada masalah atau konflik yang belum terselesaikan dengan orang tersebut.
Ini bisa berupa argumen yang tidak pernah diselesaikan, kesalahpahaman yang tidak pernah diluruskan, atau bahkan perasaan bersalah atas sesuatu yang pernah kita lakukan.
Pikiran yang terus-menerus kembali ke masalah yang belum selesai adalah cara otak kita mencoba untuk mencari resolusi.
Ini adalah upaya psikologis untuk memahami, memperbaiki, atau setidaknya membuat perdamaian dengan situasi yang mengganggu kita.
Belum Terpenuhi Sebuah Ekspektasi
Terakhir, kita mungkin terus memikirkan seseorang karena ada harapan atau ekspektasi tertentu yang kita miliki terhadap orang tersebut atau hubungan kita dengan mereka.
Ekspektasi ini bisa realistis atau tidak, dan sering kali berakar pada kebutuhan emosional kita sendiri.
Ekspektasi yang tidak terpenuhi dapat menciptakan ketegangan psikologis yang membuat pikiran kita terus kembali ke orang tersebut. Ini adalah upaya mental untuk menjembatani kesenjangan antara realitas dan apa yang kita harapkan atau inginkan.
Itulah berbagai penyebab kita seringkali memikirkan orang lain. Dengan mengetahui penyebabnya maka akan dengan mudah untuk mengatasinya sehingga tidak terpikirkan dengan seseorang berlarut-larut.*