Perlawanan Berani dan Gigih Masyarakat Bengkulu Melawan Penjajah Inggris

Kamis 13-06-2024,10:00 WIB
Reporter : Amris
Editor : Amris

RMONLINE.ID – Bengkulu diduduki Inggris, periode 1685 sampai dengan Maret 1825. Pendudukan Inggris diawali dengan izin untuk berdagang rempah-rempah di wilayah ini oleh petinggi setempat bernama Orang Kaya Lela dan Patih Setia Raja Muda.

Inggris meninggalkan Bengkulu setahun setelah perjanjian antara Raja Inggris dan Raja Belanda, yang ditandatangani pada 17 Maret 1824. 

Perjanjian yang dikenal dengan Traktat London oleh Belanda (The Anglo-Dutch Treaty of 1824), berupa perjanjian pertukaran kekuasaan Inggris di Bengkulu dengan Singapura di Malaka yang dikuasai Belanda saat itu.

BACA JUGA:6 Pendekar Wanita Indonesia Yang Dikenal Tangguh Lawan Penjajah di Medan Perang

BACA JUGA:Era Penjajahan Jepang, Masa Kelam Wanita Indonesia, Dijadikan Jugun Ianfu

Ada cukup banyak jejak yang ditinggalkan Inggris selama menguasai Bengkulu,  seperti Benteng York atau Fort York yang dibangunan pada 1618, lokasinya saat ini berada di di Kelurahan Pasar Bengkulu, Kecamatan Sungai serut, Kota Bengkulu. 

Kemudian Benteng Marlborough dibangun 1714, nama Marlborough  diambil dari nama Jenderal Inggris terkenal, John Churchill Duke of Marlborough, juga banyak jejak sejarah lainnya.

Sejarahnya, melansir dari berbagai sumber, pasukan Inggris ke Bengkulu yang berlabuh di muara sungai Bengkulu mulanya disambut baik oleh masyarakat. 

Singkat cerita hingga Inggris akhirnya menetap. Samun seiring waktu, dasar penjajah tetapkan penjajah, Inggris mulai menjadi penguasa layaknya penjajah.

Penindasan, pemaksaan dan tindakan semana-mena mulai terjadi, teirutama saat kepemimpinan residen Thomas Parr (1805-1807) yang menggantikan Walter Ewer. 

Pada akhirnya munculnya kesatuan orang-orang Bengkulu dalam barisan-barisan bersenjata. Saat itu Inggris menyangka semangat perlawanan rakyat sudah lumpuh karena ekspedisi Letnan Hastings Dare ke daerah Ipuh, Mukomuko dan kedalaman sekitarnya telah berhasil membunuh sekian banyak rakyat yang mengadakan perlawanan.

Adipati dari Dusun Besar sempat mengundang Thomas Parr untuk bertukar pikiran.

Namun Thomas Parr tidak hadir dengan alasan enggan untuk datang, tanpa menyangka akibatnya. 

BACA JUGA:'Princess Mulan Indonesia', Gigih Lawan Penjajah, Menderita Setelah Medeka

BACA JUGA:Susu Air Beras, Jadi Kangen Kampung Halaman, Awalnya Dari Sini, Ketika Penjajahan Belanda

Kategori :