Mereka juga lebih terpapar dengan informasi dan edukasi mengenai gizi dan kesehatan.
Semua hal ini berkontribusi terhadap status gizi dan kesehatan anak zaman sekarang yang lebih baik.
Namun, hal ini juga menimbulkan tantangan baru. Anak zaman sekarang menghadapi masalah gizi ganda, yaitu kekurangan dan kelebihan gizi.
Di satu sisi, masih ada anak yang mengalami stunting, wasting, atau anemia akibat kekurangan gizi.
Di sisi lain, ada juga anak yang mengalami obesitas, diabetes, atau hipertensi akibat kelebihan gizi. Salah satu faktor yang mempengaruhi masalah gizi ini adalah pola konsumsi susu formula.
Susu formula memang memiliki manfaat bagi anak, terutama bagi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif atau yang memiliki alergi terhadap susu sapi.
Namun, susu formula juga memiliki risiko jika dikonsumsi secara berlebihan atau tidak sesuai dengan kebutuhan anak.
Susu formula mengandung protein dan mineral yang lebih tinggi daripada ASI, sehingga dapat menyebabkan asupan gizi berlebih bagi anak.
Hal ini dapat memicu pertumbuhan yang terlalu cepat, penimbunan lemak, dan gangguan metabolisme.
Selain itu, susu formula juga dapat mengurangi asupan makanan padat yang seharusnya menjadi sumber gizi utama bagi anak usia 6 bulan ke atas.
Oleh karena itu, pemberian susu formula kepada anak harus dilakukan dengan bijak dan sesuai dengan anjuran dokter atau ahli gizi.
Susu formula tidak boleh menggantikan ASI atau makanan padat, melainkan hanya sebagai pelengkap atau penambah gizi.
Susu formula juga harus disesuaikan dengan usia, berat badan, tinggi badan, dan kebutuhan gizi anak.
Susu formula juga harus disiapkan dengan cara yang higienis dan aman, serta diberikan dengan takaran yang tepat.
Susu pertumbuhan adalah produk susu yang bermanfaat bagi anak, tetapi bukanlah produk susu yang wajib dikonsumsi oleh anak.
Anak zaman sekarang membutuhkan susu pertumbuhan jika mereka memiliki kekurangan gizi atau kondisi khusus yang memerlukan asupan gizi tambahan.