RADARMUKOMUKO.COM – Pada musim penghujan saat ini, petani kesulitan mengangkut TBS sawit dari kebun untuk dijual.
Pasalnya kondisi jalan menuju kebun dipastikan berlumpur, tak ubahkanya seperti “Bak” kubangan.
Dampaknya banyak buah sawit petani alami penundaan panen hingga memberondol atau berguran. Sebab jika dipaksa panen tetap mubazir, buah akan busuk jika terlambat diangkut.
Hal ini membuat petani menjerit dan merugi, sebab selain tidak bisa panen, sekarang sedang terjadi penurunan produksi dampak ngetrek.
BACA JUGA:Puluhan Rumah Warga Mukomuko Terendam Akibat Luapan Drainase
Yang sangat disayangkan anggaran Dana Bagi Hasil (DBH) sawit yang diterima daerah tahun ini isunya tidak diperuntukkan untuk melancarkan jalan ke kebun petani. Tapi diisukan bakal dibangun jalan Hot mix.
Salah seorang buruh angkutan buah, Saputra mengakui sudah dua minggu terakhir proses lansir TBS mengalami kendala, karena kendaraan tidak bisa melintas.
Beberapa mobil memaksa tetap masuk ke lahan, dampaknya tidak bisa keluar. Kemudian penggunaan rantai pada mobil pelansir buah membuat kondisi kerusakan jalan semakin parah.
"Seminggu ini jalan tidak pernah kering, hingga pengangkutan TBS tidak bisa dilakukan maksimal. Kondisi jalan semakin parah dampak dari penggunaan rantai pada kendaraan yang becek," katanya.
Lanjutnya, umumnya petani menunda panen, mau tidak mau buah yang sudah terlalu masak akan membrondol dan busuk.
Kondisi ini makin mensensarakan petani, karena kondisi buah sawit juga tengah ngetrek, dampak kemarau yang panjang, bunga sawit kebanyakan gagal jadi buah.
"Sekarang buah ngetrek, hasil kebun petani turun, tambah lagi tidak bisa panen karena banjir dan susah diangkut," tuturnya.
BACA JUGA:Semua Desa di Mukomuko Konsisten Dukung Program Nasional Cegah Stunting
Sebelumnya, diinformasikan pemerintah mengalokasikan Dana Bagi Hasil (DBH) sawit sebesar Rp11 miliar untuk kegiatan rekonstruksi ruas Jalan Pondok Batu – Selagan Jaya, Kecamatan Kota Mukomuko.
Ruas jalan ini merupakan akses menuju Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah.