RADARMUKOMUKO.COM - Tongkat komando adalah salah satu atribut yang identik dengan sosok Bung Karno, Presiden Pertama Republik Indonesia. Tongkat ini tidak hanya menjadi simbol kepemimpinan, tetapi juga dipercaya memiliki kekuatan gaib yang dapat melindungi Bung Karno dari berbagai ancaman. Tongkat komando Bung Karno dibuat dari kayu pucang kalak, sebuah jenis kayu yang langka dan berasal dari tempat keramat.
Kayu pucang kalak tumbuh di pegunungan Kalak, sebuah tempat persemayaman keramat yang terletak di selatan Ponorogo, atau utara Pacitan. Di tempat ini, terdapat makam Mbah Kalak, seorang tokoh spiritual yang dihormati oleh masyarakat setempat. Di atas makam Mbah Kalak, terdapat pohon pucang yang sudah berusia ratusan tahun.
Kayu pucang kalak memiliki karakteristik khusus yang membedakannya dari kayu lainnya. Kayu ini memiliki warna merah tua yang khas, dan jika direndam dalam air, akan terlihat seperti ular. Selain itu, kayu ini juga memiliki kekuatan magis yang dapat memberikan perlindungan dan kewibawaan bagi pemiliknya.
BACA JUGA:Ini Model Guru Berpeluang Dipindahtugaskan, Sekda Mukomuko: Pemerataan Guru Berdasarkan Anjab ABK
BACA JUGA:Apa Arti Nama Aceh? Ini Dia Asal-Usulnya yang Menarik!
Salah satu bukti dari kesaktian kayu pucang kalak adalah ketika Bung Karno lolos dari percobaan pembunuhan saat salat Idul Adha di Lapangan Ikada (sekarang Lapangan Monas) pada 17 Januari 1950.
Saat itu, seorang pria bernama Oei Tjoe Tat mencoba menembak Bung Karno dari jarak dekat dengan pistol Colt 45. Namun, peluru yang ditembakkan tidak mengenai tubuh Bung Karno, melainkan mengenai tongkat komandonya.
Kejadian ini membuat Bung Karno dan para saksi terkejut. Bung Karno kemudian menunjukkan tongkat komandonya yang berlubang akibat peluru kepada para hadirin. Ia juga mengatakan bahwa tongkat komandonya adalah tongkat sakti yang diberikan oleh Mbah Kalak. Ia juga mengucapkan syukur kepada Tuhan atas keselamatannya.
Bukan hanya sekali itu saja, tongkat komando Bung Karno juga pernah menyelamatkannya dari percobaan pembunuhan lainnya. Pada tahun 1957, saat Bung Karno sedang berpidato di depan Istana Merdeka, seorang pria bernama Djamin Ginting mencoba melemparkan granat ke arahnya.
Namun, granat tersebut meleset dan jatuh di belakang panggung. Bung Karno kemudian mengangkat tongkat komandonya dan berkata bahwa ia tidak takut mati karena memiliki tongkat sakti.
Meskipun demikian, Bung Karno sendiri pernah mengatakan bahwa tongkat komandonya tidak memiliki daya sakti atau daya linuwih. Ia mengatakan bahwa tongkat komandonya hanyalah kayu biasa yang ia gunakan sebagai bagian dari penampilannya sebagai pemimpin dari sebuah negara besar.
BACA JUGA:Walaupun Baunya Tak Sedap, Ternyata Buah Mengkudu Bermanfaat untuk Kecantikan, Apa Saja?
BACA JUGA:OceanGate Gagal Piknik Ke Bangkai Titanic, Kini Berencana Kirim Manusia ke Venus
Ia juga pernah bercanda dengan Presiden Kuba Fidel Castro tentang tongkat komandonya. Castro bertanya apakah tongkat komandonya sakti seperti tongkat kepala suku Indian. Bung Karno menjawab bahwa tongkat komandonya tidak sakti, tetapi ia sakti.
Tongkat komando Bung Karno kini disimpan di Museum Nasional Indonesia di Jakarta. Namun, tidak semua orang dapat melihat tongkat komando tersebut, karena hanya dipamerkan pada hari-hari tertentu. Tongkat komando Bung Karno menjadi salah satu warisan sejarah dan budaya bangsa yang patut dihormati dan dijaga.