Selain Larantuka, ada juga komunitas lain yang masih menggunakan bahasa Portugis, seperti masyarakat Ambon, Tanimbar, Kisar, dan Solor. Bahasa Portugis juga masih dipelajari oleh beberapa orang Indonesia yang tertarik dengan budaya dan sejarah Portugis.
Ada sekitar 38 kata serapan dari bahasa Portugis dalam bahasa Indonesia, seperti keju, meja, sabun, serdadu, nina bobo, dan lain-lain. Bahasa Portugis juga memengaruhi nama-nama tempat di Indonesia, seperti Banda (dari banda: pita), Bengkulu (dari bengala: benggala), Kupang (dari cupao: kupon), Solor (dari sol: matahari), dan lain-lain. Bahasa Portugis juga memengaruhi nama-nama pribadi di Indonesia, seperti Antonio, Emanuel, Francisco, Maria, Rosa, dan lain-lain.
BACA JUGA:Perusahaan Sawit PT DDP Gugat Masyarakat Petani Rp7 Miliar, Ini Kasusnya
BACA JUGA:Pulau Terlarang Yang Dikutuk, Masuk Tanpa Izin Bisa Pergi Sehat Pulang Tinggal Nama
Bahasa Portugis juga memengaruhi nama-nama makanan di Indonesia, seperti bolu (dari bolo: kue), kue bolu (dari queque: kue kecil), kue lapis (dari camada: lapisan), kue nastar (dari nata: krim), dan lain-lain.
Bahasa Portugis juga memengaruhi nama-nama benda di Indonesia, seperti biola (dari viola: alat musik gesek), botol (dari botelha: botol), gudang (dari gudão: gudang besar), lentera (dari lanterna: lampu tangan), dan lain-lain.
Bahasa Portugis merupakan salah satu bukti bahwa Indonesia adalah negara yang kaya akan warisan penjajah yang masih hidup hingga kini. Bahasa ini juga menunjukkan bahwa Indonesia adalah negara yang terbuka dan toleran terhadap keberagaman.*