RADARMUKOMUKO.COM – Salah satu kejahatan Belanda saat menjajah Indonesia yang menyakitkan bagi bangsa ini adalah jual beli budak pribumi. Bukan saja dalam negeri, budak Indonesia bahkan dijual hingga ke luar negeri. Perbudakan oleh ini berlangsung diperkirakan hingga 250 tahun.
Melansir dari voi.id, jual beli budak pernah dianggap sebagai salah satu bisnis yang menguntungkan di Nusantara. Tentu ada keterlibatan kepal dagang Belanda, VOC di baliknya. Kompeni turut bertindak sebagai pedagang besar budak dari dalam dan luar negeri. Karenanya, Kota Batavia dapat menjelma jadi salah satu pasar budak terbesar di Asia, bahkan dunia.
Bahkan untuk membangun Kota Batavia kala itu Belanda mendatangkan budak dari berbagai daerah dalam negeri dan luar negeri.
BACA JUGA:Kosa Kata Yang Sering Diucapkan Mirip Bahasa Belanda, Termasuk Beha, Handuk, Kamar dan Berikut Ini
BACA JUGA:Pejuang Yang Hampir Terlupakan, Kusno Wibowo Yang Merobek-robek Bendera Belanda di Hotel Yamato
Budak-budak ini untuk kerja kasar, mereka dianggap rajin dan dapat di andalkan dalam kondisi apapun, tentu saja karena mereka dipaksa bekerja dan takut. Budah dikatakan mereka dapat membangun apa saja. Dari gedung pemerintahan hingga pusat ibadah.
Budak juga dipinjamkan kepada keluarga-keluarga Eropa yang sedang dan sudah memulai menjalankan bisnis di areal perkebunan. Kehadiran budak-budak itu begitu membantu.
Untuk itu, bisnis budak dianggap salah satu bisnis yang paling menguntungkan di Batavia. apalagi, pergadangan budak umumnya dilakukan dengan cara lelang. Cara itu membuat budak jadi komoditas yang laris manis.
Semuanya karena kebiasaan orang kaya di Batavia menjadikan budak sebagai salah satu simbol kekayaan. Mereka dengan setia akan menunggu budak datang dan membelinya. Makin muda, makin baik, apalagi wanita.
Para budak dipaksa kerja siang malam tanpa istirahat. Mereka menyiksa para budak begitu kejamnya, sehingga sebagian besar putus asa dan bunuh diri. Dikabarkan banyak budak yang memilih bunuh diri.
Melansir dari beritabali.com, budak-budak asal Bali sangat laris, secara kualitas budak asal Bali pada masa kolonial Belanda lebih diminati dibandingkan budak-budak lainnya yang diperjualbelikan di pasaran Nusantara.
Budak asal Bali pada umumnya di jual di Batavia, dan daerah-daerah lainnya di Nusantara, di Afrika Selatan, dan pulau-pulau di Samudera Pasifik dan Samudera Hindia.
Hal tersebut terungkap dalam sebuah artikel berjudul “Perdagangan Budak di Bali Pada Abad Ke XVII-XIX: Eksploitasi, Genealogi, dan Pelarangannya” yang dipublikasikan dalam Jurnal Masyarakat & Budaya, Volume 20 nomor 1 Tahun 2018.
Artikel tersebut ditulis oleh I Wayan Pardi dari Program Studi Pendidikan Sejarah, Universitas 17 Agustus 1945 Banyuwangi.
BACA JUGA:Selain Indonesia, Inilah Sejumlah Negara yang Menjadi Bekas Jajahan Belanda