RADARMUKOMUKO.COM - Pahlawan wanita yang masuk dalam daftar salah satu sosok penting bagi bangsa ini adalah Raden Ajeng Kartini Djojo Adhiningrat atau dikenal sebagai R.A Kartini.
Melansir dari, berbagai sumber diantaranya wikipedia, sdnjayamuktikrw.sch.id, unpak.ac.id dan lainnya, RA Kartini lahir pada tanggal 21 April tahun 1879 di Kota Jepara.
Nama lengkap Kartini adalah Raden Ajeng Kartini Djojo Adhiningrat. Mengenai sejarah RA Kartini dan kisah hidup Kartini, ia lahir di tengah-tengah keluarga bangsawan, maka memperoleh gelar R.A (Raden Ajeng).
Ayahnya bernama R.M. Sosroningrat, putra dari Pangeran Ario Tjondronegoro IV, menjabat sebagai bupati jepara.
Ibu kartini yang bernama M.A. Ngasirah, beliau ini merupakan anak seorang kiai atau guru agama di Telukawur, Kota Jepara.
Menurut sejarah, Kartini merupakan keturunan dari Sri Sultan Hamengkubuwono VI. Bahkan ada yang mengatakan bahwa silsilah RA Kartini berasal dari kerajaan Majapahit dilihat dari keturunan ayahnya.
BACA JUGA:17 Pahlawan Wanita Indonesia, Termasuk Fatmawati Soekarno dan Ibu Tien Soeharto
BACA JUGA:Pejuang Yang Hampir Terlupakan, Kusno Wibowo Yang Merobek-robek Bendera Belanda di Hotel Yamato
M.A. Ngasirah sendiri bukan keturunan bangsawan, melainkan hanya rakyat biasa saja. Oleh karena itu peraturan kolonial Belanda ketika itu mengharuskan seorang Bupati harus menikah dengan bangsawan juga.
Hingga akhirnya ayah Kartini kemudian mempersunting seorang wanita bernama Raden Adjeng Woerjan yang merupakan seorang bangsawan keturunan langsung dari Raja Madura ketika itu.
RA Kartini diketahui ia memiliki saudara berjumlah 10 orang yang terdiri dari saudara kandung dan saudara tiri. Ia sendiri merupakan anak kelima, namun ia merupakan anak perempuan tertua dari 11 bersaudara.
Pendidikan RA Kartini, Ayahnya menyekolahkan anaknya di ELS (Europese Lagere School). Sekolah ini tak dibuka untuk umum, ia hanya dibuka untuk anak-anak keturunan Eropa, Negara Timur, dan anak Indonesia yang berasal dari keturunan bangsawan.
Hingga kemudian belajar Bahasa Belanda dan bersekolah disana hingga ia berusia 12 tahun. Sebab ketika itu menurut kebiasaan ketika itu, anak perempuan harus tinggal dirumah untuk ‘dipingit’.
Meskipun berada di rumah, Ia aktif dalam melakukan korespondensi atau surat-menyurat dengan temannya yang berada di Belanda. Sebab beliau juga fasih dalam berbahasa Belanda. Salah satu sahabat penanya yang dikenal bernama Rosa Abendanon.
Karena gemar membaca banyak buku, wawasan Kartini akhirnya terbuka dan ingin memperjuangkan haknya sebagai perempuan.