RADARMUKOMUKO.COM - Menggunakan rokok kretek ada kesan tersendiri dan kebiasaan orang Indonesia yang dianggap sebagai tanda maskulin dan santai.
Banyak orang Indonesia yang suka merokok kretek, baik di tempat umum maupun di rumah.
Namun, tahukah Anda bahwa kebiasaan ini ternyata berasal dari penjajah Belanda yang datang ke Indonesia pada abad ke-17?
Menurut sejarawan, Belanda adalah bangsa Eropa pertama yang membawa tembakau ke Indonesia mereka datang untuk menguasai perdagangan rempah-rempah dan menjadikan tembakau sebagai salah satu komoditas ekspor.
Selama berada di Indonesia, Belanda juga membawa budaya dan gaya hidup mereka, termasuk merokok.
BACA JUGA:Kiprah 3 Serdadu Jepang Yang Membela Indonesia Melawan Agresi Belanda, Akhirnya Tragis
Rokok kretek adalah jenis rokok yang mengandung campuran tembakau dan cengkeh rokok ini pertama kali ditemukan oleh seorang pria bernama Haji Jamhari di Kudus, Jawa Tengah, pada tahun 1880.
Ia mencampur cengkeh ke dalam rokoknya untuk mengobati asma yang dideritanya, suara kretek-kretek yang ditimbulkan oleh cengkeh saat terbakar kemudian menjadi ciri khas rokok ini.
Rokok kretek menjadi populer di kalangan masyarakat Indonesia karena dianggap memiliki aroma dan rasa yang khas dan menyenangkan.
Rokok kretek juga menjadi simbol perlawanan terhadap penjajah Belanda, karena cengkeh merupakan salah satu rempah-rempah yang dicari oleh Belanda.
Namun, ironisnya, rokok kretek juga menjadi salah satu produk yang diekspor oleh Belanda ke Eropa dan negara-negara lain.
Hingga saat ini, rokok kretek masih menjadi salah satu produk rokok yang paling diminati oleh orang Indonesia. Rokok kretek tidak hanya berfungsi sebagai teman bersantai, tetapi juga sebagai sarana sosialisasi dan budaya.
Namun, tidak semua orang menyadari bahwa kebiasaan menggunakan rokok kretek adalah salah satu warisan budaya dari penjajah Belanda.
BACA JUGA:Pabrik Tekstil Bandung, Peninggalan Belanda yang Kini Jadi Tempat Wisata Kreatif