RADARMUKOMUKO.COM - Kesuksesan seorang suami tidak lepas dari peran istri. Kata-kata ini sejalan dengan perjuangan para istri pahlawan nasional dalam berjuang untuk bangsa ini.
Para istri perjuang rela hidup susah, berada dalam bahasa dan bahkan merelakan perhiasan dan hartanya demi perjuangan suaminya untuk kemerdekaan Indonesia.
Melansir dari berbagai sumber, salah satunya hidayatullah.com, berikut 6 istri pahlawan yang berkorban untuk perjuangan bangsa:
1. Inggit Garnasih, salah satu istri Presiden pertama Indonesia, Ir. Soekarno. Dalam buku “Ku Antar Kau ke Gerbang” karya Ramadhan KH. Saat mereka dalam zaman prakemerdekaan, saat-saat susah, peran Inggit tak bisa dikecilkan.
Untuk membantu aktivitas Bung Karno inggit harus menjual perhiasan dan harta bendanya. Di samping itu, beliau juga membelikan buku-buku yang dibutuhkan oleh Soekarno. Sayang Inggit dan Bung Karno bercerai setelah mengantarnya ke gerbang kemerdekaan Indonesia.
2. Zainatun Nahar istri dari pahlawan nasional H. Agus Salim. Sang istri setia mendampingi Agus Salim selama berjuang, walau harus alami penderitaan.
BACA JUGA:Frans Kaisiepo Pejuang Papua Yang Usulkan Nama Irian, Ia Pahlawan Tapi Kurang Dikenal?
Bahkan demi membantu perjuangan sang suami, Zainatun Nahar rela menjual barang berharganya. Dalam buku “100 Tahun Haji Agus Salim” (1996: 78). Pernah suatu saat Haji Agus Salim kehabisan uang untuk membayar karyawan pada surat kabar yang dipimpinnya.
Karena memang tidak punya, akhirnya sang istri berinisiatif menjual beberapa perhiasannya untuk menutupi kebutuhan tersebut.
3. Siti Alfiah, Istri panglima besar Jenderal Soedirman. Solichin Salam dalam buku “Djendral Soedirman Pahlawan Kemerdekaan” (1963: 115, 116) mengisahkan bahwa saat beliau meninggalkan Yogyakarta untuk gerilya, beliau mengirim utusan untuk bertemu istri beliau. Intruksi beliau, “Mintalah barang perhiasan setjukupnja kepada ibumu serta beritahukan bahwa barang-barang tersebut akan dipakai bekal gerilja, jang lamanya tidak bisa dipastikan.”
Siti Alfiah sebagai istri, bukan saja mengorbankan harta yang dimilikinya untuk perjuangan sang suami. Tapi dalam waktu yang sama dirinya harus siap dan rela kalau suami tercintanya itu bisa saja gugur di medan perjuangan. Suatu peran yang tidak bisa dipandang remeh.
4. Nurnahar, istri Pahlawan Nasional Mohammad Natsir. Dalam buku berjudul “Muhammad Natsir 70 Tahun: Kenang-kenangan Kehidupan dan Perjuangan” (1978: 38), dikisahkan bahwa saat membangun sekolah Pendis (Pendidik Islam), Natsir sempat kehabisan dana.
Nurnahar pun bertindak cepat. Akhirnya, gelang emasnya digadaikan untuk menutupi kebutuhan itu. Gelang itu baru bisa diambil setelah memiliki uang. Padahal, gelang emas itu –menurut cerita Natsir—bukan hasil pemberiannya, tapi sudah dimiliki sejak sebelum menikah dengan Natsir.
5. Sitti Raham, istri dari Buya Hamka. Diakui Hamka kesuksesan perjuangannya setelah pertolongan Allah, tidak bisa dilepas dari sang istri: Sitti Raham.