Bahkan para ahli konstruksi menyebut jembatan ini karya konstruksi sipil yang fenomenal.
BACA JUGA:5 Tokoh Nasional Yang Pernah Dipenjara Secara Tak Adil Oleh Soekarno, Bukti Politik Itu Kejam
BACA JUGA:Titin Sumarni, Artis Idola Soekarno Yang Kaya Raya, Berujung Memilukan Habis Manis Sampah Dibuang
Karena struktur konstruksi jembatan sepanjang 60 meter itu tanpa penyangga. Inilah kali pertama Indonesia menerapkan teknologi prestressed concrete.
Kemudian Kubah Gedung MPR/DPR berbentuk kura-kura yang ada sampai sekarang, adalah hasil tangan dingin Sutami. Kubah itu bagian penting dari kompleks yang dibangun untuk menggelar Conference of the New Emerging Force (Conefo).
Pemancangan tiang pertama pembangunan kompleks Conefo itu dilakukan pada 19 April 1965. Padahal konferensi internasional sudah harus digelar setahun kemudian. Sebagai pelaksana lapangan, Ir Sutami menyanggupi pembangunan kompleks itu.
Semula atap akan berbentuk kubah murni. Tapi Sutami selaku ahli struktur bangunan mengingatkan hal itu akan memunculkan masalah serius. Ia kemudian membuat sketsa dan perhitungan teknisnya. Hasilnya bisa dilihat saat ini.
Tidak berhenti sampai di situ. Ia juga menjadi pimpinan pusat proyek pembangunan Jembatan Ampera di Sungai Musi.
Ia ambil bagian saat Proyek Listrik Tenaga Air di Maninjau, Sumatera Barat, diperkirakan tak akan bisa dibuat. Ia juga membidani lahirnya Fakultas Teknik Universitas Indonesia, serta muncul dan beroperasinya jalan tol yang sekarang dikenal sebagai tol Jagorawi.
Sutami juga sukses membangun Waduk Jatiluhur dan memimpin proyek pembangunan Bandara Ngurah Rai Bali.
Ia menjadi menteri kesayangan Soekarno. Dalam majalah Prisma, 1991, Sri Maryati, istri Sutami, menyebutkan, Bung Karno sering mengajak Sutami makan pagi di Istana atau di Riung Gunung.
“Bapak sering diajak makan pagi di Istana atau di Riung Gunung (Puncak, Bogor) bersama Bung Karno dengan hidangan ketela yang mengepul,” kata Sri Maryati.*