RADARMUKOMUKO.COM - Presiden Soeharto pernah memimpin tiga operasi militer, yaitu Serangan Umum 1 Maret 1949, Trikora dalam Perebutan Irian Barat 1962 dan menumpas pemberontakan G30S/PKI 1965.
Presiden kedua Indonesia ini, mengawali karirnya di militer pada 1 Juni 1940, Soeharto diterima sebagai siswa di sekolah militer di Gombong, Jawa Tengah.
Melansir dari tni.mil.id, setelah enam bulan menjalani latihan dasar, ia tamat sekolah militer sebagai lulusan terbaik dan menerima pangkat kopral. Ia terpilih menjadi prajurit teladan di Sekolah Bintara, Gombong serta resmi menjadi anggota TNI pada 5 Oktober 1945.
Soeharti Perang Dunia II berkecamuk pada 1942, ia dikirim ke Bandung untuk menjadi tentara cadangan di Markas Besar Angkatan Darat selama seminggu.
Setelah berpangkat sersan tentara KNIL, dia kemudian menjadi komandan peleton, komandan kompi di dalam militer yang disponsori Jepang yang dikenal sebagai tentara PETA, komandan resimen dengan pangkat mayor, dan komandan batalyon berpangkat letnan kolonel.
Setelah Perang Kemerdekaan berakhir, ia tetap menjadi Komandan Brigade Garuda Mataram dengan pangkat letnan kolonel.
Ia memimpin Brigade Garuda Mataram dalam operasi penumpasan pemberontakan Andi Azis di Sulawesi.
BACA JUGA:Kisah Cinta Jendral Sudirman dan Alfiah, Rayuan Maut dan Kata-Kata Romantis Hingga Maut Memisahkan
Setelah itu Soeharto ditunjuk sebagai Komadan Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS) Sektor Kota Makassar yang bertugas mengamankan kota dari gangguan eks KNIL/KL.
Pada 1 Maret 1949, ia ikut serta dalam serangan umum yangberhasil menduduki Kota Yogyakarta selama enam jam. Inisiatif itu muncul atas saran Sri Sultan Hamengkubuwono IX kepada Panglima Besar Soedirman bahwa Brigade X pimpinan Letkol Soeharto segera melakukan serangan umum di Yogyakarta yang sebelumnya diduduki Belanda.
Meski hanya enam jam, pendudukan oleh pasukan yang dipimpin Soeharto itu sangat berarti di mata kaum Republiken.
Dicatat dalam banyak buku sejarah Orde Baru, serangan yang dipimpin Soeharto membuka mata dunia bahwa TNI dan RI masih ada.
Pada usia sekitar 32 tahun, tugasnya dipindahkan ke Markas Divisi dan diangkat menjadi Komandan Resimen Infenteri 15 dengan pangkat letnan kolonel 1 Maret 1953.
Pada 3 Juni 1956, ia diangkat menjadi Kepala Staf Panglima Tentara dan Teritorium IV Diponegoro di Semarang. Dari Kepala Staf, ia diangkat sebagai pejabat Panglima Tentara dan Teritorium IV Diponegoro. Pada 1 Januari 1957, pangkatnya dinaikkan menjadi kolonel.