RADARMUKOMUKO.COM – Seperti diketahui, Suku anak dalam atau sering juga disebut Suku Kubu atau Orang Rimba tinggal di hutan belantara kawasan Taman Nasional Bukit Dua Belas (TNBD) hingga Taman Nasional Bukit Tiga Puluh dan di wilayah Sumatera Selatan.
Suku Kubu merupakan salah satu suku terasing di Indonesia dan dilabel primitif sampai sekarang.
Awalnya suku anak dalam ini, hanya dikenal hidup di hutan dengan cara berpindah-pindah. Namun belakangan ini suku anak dalam mulai berinteraksi dengan dunia luar.
BACA JUGA:Cara Mencari Jodoh Suku Kreung, Gadis Tinggal di Pondok Cinta Bebas Mengajak Tidur Bersama
Suku Anak Dalam dikenal teguh mempertahankan cara hidup yang primitif di tengah arus modernisasi yang kian deras di luar komunitasnya.
Leluhur Suku Anak Dalam pada dasarnya sama dengan masyarakat lainnya, hidup bersama dan berbauar. Mereka akhirnya turun temurun tinggal di hutan bukan tanpa sebab.
Berdasarkan berbagai sumber kisah suku anak dalam, mereka menjadi terasing dan tinggal dihutan karena menolak tundak kepada penjajah Belanda yang datang menguasai wilayahnya.
Suku Anak Dalam juga dikisahkan sebagai sekumpulan masyarakat yang tidak mau menyerah pada penjajah Belanda.
BACA JUGA:Cara Tidak Lazim dan Menyakitkan Bagi Perempuan Suku Tiv Saat Penandaan Kedewasaan
Di tahun 1904, perang antara Jambi dan Belanda akhirnya berakhir. Pihak Jambi dipimpin oleh Raden Perang yang merupakan cucu dari Raden Nagasari.
Dalam perang gerilya tersebut, Suku Anak Dalam dikenal dengan sebutan Orang Kubu.
Orang Kubu dikenal pantang menyerah terhadap Belanda yang mereka sebut sebagai pembawa penyakit jauh berupa senjata api.
Menurut data dan informasi dari Departemen Sosial Republik Indonesia pada tahun 1990, disebutkan bahwa sejarah Suku Anak Dalam dimulai tahun 1624.
Pada saat itu, Kerajaan Jambi dan Kesultanan Palembang tak henti-hentinya bersitegang, padahal keduanya berasal dari rumpun yang sama.
BACA JUGA:Enam Tradisi Unik dan Memukau Suku Madura, Perkelahian Gunakan Celurit Hingga Karaban Sapeh