Wilayah yang tidak dijajah oleh Belanda adalah Buton, Sulawesi Tenggara. Dulunya sebelum Indonesia ada, Buton lebih mirip negara monarki, karena mempunyai pemimpin atau raja, perdana menteri, tentara dan rakyat sendiri.
Kerajaan Buton sejak dulu dikenal sebagai kerajaan yang sangat kuat.
Di abad pertengahan ketika penjajah dari Belanda dan Portugis melakukan ekspansi ke Maluku untuk mencari rempah-rempah, Buton dianggap wilayah yang strategis.
Sebelum tiba di Maluku, kapal-kapal mereka akan singgah terlebih ke Buton terlebih dahulu.
Tak hanya strategis, Buton juga dikenal memiliki hasil bumi yang berlimpah, terutama rempah-rempah. Meski begitu, Belanda ternyata segan untuk menjajah Buton.
Dengan Kerajaan Buton yang kuat, tampaknya Belanda tak mau mencari masalah. Daripada mereka kesulitan mendapat rempah-rempah lebih baik menjalin hubungan yang baik saja dengan Kerajaan Buton.
Batak
Wilayah yang paling sulit ditaklukkan oleh Belanda di pulau Sumatra adalah wilayah Aceh dan Tanah Batak, kala itu dua wilayah tersebut berada di bawah kekuasaan Kerajaan Batak yang dipimpin oleh Sisingamangaraja XII.
Belanda selalu kerepotan ketika harus berhadapan dengan tentara dari suku Batak.
BACA JUGA:Suku-Suku Asli Indonesia Yang Terancam Punah, Salah Satunya Pengaruh Miras dan HIV/AIDS
Belum lagi raja Batak, Sisingamangaraja, diketahui memiliki kesaktian yang luar biasa yang ia warisi secara turun temurun.
Butuh waktu sekitar 29 tahun lamanya untuk Belanda mampu menaklukkan Batak. Perang antara Belanda dan Batak itu mulai dari tahun 1849 sampai dengan 1907.
Belanda harus berkorban banyak untuk bisa mengalahkan Sisingamangaraja XII.
Dayak
Belanda memberi julukan perlawanan Suku Dayak dengan 'pasukan hantu'. Julukan itu karena kemampuan perang orang-orang Dayak yang mengerikan.