RADARMUKOMUKO.COM - Bukan rahasia lagi, selain laki-laki, juga banyak pahlawan wanita Indonesia yang tampil gagak berani di medan perang melawan Belanda. Beberapa diantaranya tentu sangat dikenal, karena namanya muncul terdepan di deretan pahlawan Indonesia.
Namun masih banyak pejuang wanita lainnya yang jarang dikenal bahkan tidak disebutkan namanya sebagai bagian dari pejuang bangsa. Seperti salah seorang pendekar wanita Indonesia berdarah Tionghoa dari Wonosobo Jawa Barat, The Sin Nio yang kerap disebut Princess Mulan Indonesia.
BACA JUGA:9 Pahlawan Dikenal Sakti Ditakuti Belanda, Kebal Peluru Hingga Bisa Menghilang
Sebagai wanita, ia rela merubah identitasnya menyamar sebagai laki-laki dengan nama Mochamad Moeksin untuk bisa bertempur di medan perang dengan leluasa saat menghadapi Belanda.
Ia menggunakan seragam lelaki dan melilit bagian dadanya agar rata, sehingga tidak lagi terlihat jika dirinya seorang wanita. Ia tergabung dalam Kompi 1 Batalyon 4 Resimen 18 dibawah komando Sukarno.
Diawan ia maju di garus depan bersenjatakan golok dan bambu runcing menghadapi penjajah, selanjutnya ia juga menggunakan senapan yang berhasil direbut dari pasukan Belanda yang dikalahkannya.
BACA JUGA:Inilah Nama-nama Pahlawan yang Berasal dari Bengkulu, Salah Satunya Ibu Negara RI
Sin Nio sempat dipindahkan kebagian perawat atau palang merah, karena ada kekosongan juru rawat, padahal banyak sekali pejuang yang terluka dan butuh perawatan medis.
The Sin Nio juga berhasil melaksanakan semua tugas yang dipercayakan kepadanya dengan baik.
Setelah kemerdekaan dan kondisi negara mulai aman, Princess Mulan Indonesia ini memutuskan menikah dan akhirnya memiiliki 6 anak dari 2 orang suami yang sayangnya keduanya berakhir dengan perceraian.
Sebagai janda dengan 6 anak, tentu hidup Sin Nio sangatlah berat dan hal ini membuat dirinya membulatkan tekad berangkat merantau untuk mengumpulkan pundi-pundi rupiah dari Wonosobo ke Jakarta.
Keberangkatannya ke Jakarta bertujuan untuk mengurus hak pensiunnya, karena memang semestinya adalah hak seorang pejuang kemerdekaan.
Tahun 1973, Sin Nio sampai di Jakarta dan menumpang tinggal selama 9 bulan di Markas Besar Legiun Veteran Republik Indonesia di Jalan Gajah Mada.
Kemudian setelah itu beliau terpaksa hidup menggelandang di Ibukota, satu pilihan menyedihkan bagi seorang pejuang bangsa, bayangkan perempuan pejuang berusia sekitar 60 tahun harus hidup menggelandang di tengah kerasnya kehidupan ibukota. Kehujanan kepanasan tanpa tempat tinggal yang jelas.