5 Pahlawan Wanita Dari Aceh Yang Ditakuti Kaum Penjajah Bangsa

Selasa 08-08-2023,15:06 WIB
Reporter : Tim Redaksi RM
Editor : Amris

Ayahnya, Teuku Meurah Intan, adalah seorang kepala sekolah atau Keujruen Biheue keturunan dari Pocut Bantan.

BACA JUGA:Ini Penyebab Perang Diponegoro, Penindasan dan Perusakan Moral Bangsa Oleh Belanda

Pocut Meurah Intan juga dikenal sebagai Pocut Di Biheue yang berarti Pocut dari Biheue. Bihehue adalah sebuah negeri di bawah wilayah Sagi XXXI Mukim Aceh Besar pada masa Kesultanan Aceh.

4. Laksamana Malahayati

Pahlawan Nasional dari Aceh yang terakhir adalah Laksamana Malahayati. Pemilik nama asli Keumalahayati ini lahir di Aceh Besar pada 1550.

Laksamana Malahayati diangkat sebagai Pahlawan Nasional melalui Surat Keputusan Presiden No. 115/TK/Tahun 2017 pada 6 November 2017.

Puncak perjuangan Laksamana Malahayati terjadi pada 11 September 1599. Bersama dengan 2.000 pasukan Inong Balee atau laskar yang terdiri atas para janda, ia berhasil membunuh salah satu pemimpin Belanda yang terkenal, Cornelis de Houtman.

5. Datu Beru

Namanya cukup terkenal di Gayo, namun nama wanita dataran tinggi Gayo ini mungkin kurang begitu dikenal dalam cerita-cerita pahlawan wanita Aceh.

BACA JUGA:4 Perang Paling Konyol Disebabkan Hal Sepele, Karena Mabuk, Persoalan Babi Hingga Karena Anjing

Namanya tidak begitu dikenal dalam catatan sejarah Aceh, namun dianggap setara dengan tokoh pahlawan seperti Cut Nyak Dhien, Cut Meutia dan Laksamana Malahayati.

Datu Beru diketahui lahir antara tahun 1490 dan 1514. Catatan literatur tentang kelahirannya jarang, tetapi dokumen menunjukkan bahwa dia adalah seorang utusan dewasa untuk kerajaan Islam Reje Linge atau Lingga Gayo sebagai perwakilan dari pemerintahan parlementer Kerajaan Aceh Darussalam. Kesultanan Ali Mugayatsa dari tahun 1514 hingga 1530.

Itulah 6 pahlawan wanita dari Aceh yang dikenal gigih melawan penjajah sejak Era Belanda. Masih banyak perempuan Aceh lain juga turut berjuang.*

Kategori :