RADARMUKOMUKO.COM - India adalah negara yang kaya akan budaya dan tradisi.
Namun, ada beberapa tradisi yang mungkin terlihat nyeleneh dan bahkan kejam bagi orang luar.
Salah satunya adalah tradisi melempar bayi dari atap kuil ke kerumunan orang yang menangkapnya dengan kain.
BACA JUGA:11 Suku Asal Wanita Cantik di Indonesia, Putih Mulus dan Manis
Tradisi ini disebut Okali, dan sudah berlangsung selama lebih dari 700 tahun di beberapa daerah di India, seperti Maharashtra dan Karnataka.
Tradisi ini dilakukan oleh pasangan yang telah menikah dan memiliki bayi berusia di bawah dua tahun.
Mereka percaya bahwa dengan melempar bayi mereka dari ketinggian sekitar 15 meter, mereka akan mendapatkan keberuntungan, kesehatan, dan panjang umur untuk bayi mereka.
BACA JUGA:Aparat Gencarkan Pengawasan Pangkalan Gas Elpiji 3 Kilo
Menurut cerita yang beredar, tradisi ini bermula dari seorang pendeta yang memberi nasihat kepada warga desa yang bayinya sakit-sakitan. Pendeta itu menyuruh mereka membangun tempat suci dan menjatuhkan bayinya dari ketinggian sebagai tanda kepercayaan kepada Tuhan. Ketika mereka melakukannya, bayi mereka sembuh dan disambut oleh selimut yang datang entah dari mana.
Sejak itu, tradisi ini terus dilakukan setiap tahunnya, biasanya pada bulan Desember. Bayi-bayi yang akan dilempar akan dibawa ke balkon kuil oleh tokoh agama atau petinggi desa. Di bawahnya, sudah terbentang selimut yang dipegang oleh beberapa laki-laki dewasa. Kemudian, bayi-bayi itu akan dilemparkan satu per satu ke arah selimut tersebut. Setelah mendarat, bayi-bayi itu akan diserahkan kembali kepada orang tuanya.
BACA JUGA:Wakil Bupati Mukomuko Lepas Keberangkatan 6 Paskibraka Tingkat Provinsi Bengkulu
Tradisi ini tentu saja menuai kontroversi dan kritik dari berbagai pihak, terutama komisi perlindungan anak India. Mereka menganggap tradisi ini berbahaya bagi fisik dan psikologis bayi, serta melanggar hak asasi manusia. Mereka juga mengkhawatirkan dampak jangka panjang dari tradisi ini bagi perkembangan bayi.
Pada tahun 2009, pemerintah India melarang tradisi ini dan mengancam akan memberikan hukuman bagi yang melanggarnya. Namun, faktanya tradisi ini masih dipraktikkan di beberapa wilayah kecil atau pedesaan, dengan alasan menjaga warisan budaya dan kepercayaan leluhur.
Artikel ini dilansir dari berbagai sumber : kumparan.com dan wahananews.co