RADARMUKOMUKO.COM – Perjuangan melawan kaum penjajah yang semena-mena menindas hingga menguras hasil bumi Indonesia, terjadi hampir di seluruh pulau dan daerah di Indonesia.
Perlawanan dari rakyat Indonesia tersebut memakan korban jiwa yang tidak terhitung. Maka sebagai warga negara Indonesia, kita jangan pernah melupakan sejarah dari bangsa ini. Para pejuangan negeri telah melewati banyak kejadian sejarah hingga menjadi bangsa besar seperti saat ini.
BACA JUGA:Peristiwa Bandung Lautan Api, Pengorbanan Melawan Penjajah
Salah satu kejadian sejarah yang tidak boleh kita lupakan adalah perlawanan rakyat Bengkulu atas kehadiran penjajah di bumi raflesia ini.
Perlu diketahui, Bengkulu cukup lama diduduki Inggris, periode 1685 sampai dengan Maret 1825. Pendudukan Inggris diawali dengan izin untuk berdagang rempah-rempah di wilayah ini oleh petinggi setempat bernama Orang Kaya Lela dan Patih Setia Raja Muda.
Inggris baru hengkang dari Bengkulu setahun setelah perjanjian antara Raja Inggris dan Raja Belanda, yang ditandatangani pada 17 Maret 1824.
BACA JUGA:9 Perang Besar Bangsa Indonesia Melawan Penjajah, Nomor 8 Pasti Ingat
Perjanjian yang dikenal dengan Traktat London oleh Belanda (The Anglo-Dutch Treaty of 1824), berupa perjanjian pertukaran kekuasaan Inggris di Bengkulu dengan Singapura di Malaka yang dikuasai Belanda saat itu.
Ada cukup banyak jejak yang ditinggalkan Inggris selama menguasai Bengkulu, seperti Benteng York atau Fort York yang dibangunan pada 1618, lokasinya saat ini berada di di Kelurahan Pasar Bengkulu, Kecamatan Sungai serut, Kota Bengkulu. Kemudian Benteng Marlborough dibangun 1714, nama Marlborough diambil dari nama Jenderal Inggris terkenal, John Churchill Duke of Marlborough, juga banyak jejak sejarah lainnya.
Awalnya pasukan Inggris ke Bengkulu yang berlabuh di muara sungai Bengkulu mulanya disambut baik oleh masyarakat.
BACA JUGA:7 Perang di Daerah, Walau Senjata Tradisional, Belanda Babak Belur
Singkat cerita hingga Inggris akhirnya menetap. Samun seiring waktu, dasar penjajah tetapkan penjajah, Inggris mulai menjadi penguasa layaknya penjajah. Penindasan, pemaksaan dan tindakan semana-mena mulai terjadi, teirutama saat kepemimpinan residen Thomas Parr (1805-1807) yang menggantikan Walter Ewer.
Pada akhirnya munculnya kesatuan orang-orang Bengkulu dalam barisan-barisan bersenjata. Saat itu Inggris menyangka semangat perlawanan rakyat sudah lumpuh karena ekspedisi Letnan Hastings Dare ke daerah Ipuh, Mukomuko dan kedalaman sekitarnya telah berhasil membunuh sekian banyak rakyat yang mengadakan perlawanan.
Adipati dari Dusun Besar sempat mengundang Thomas Parr untuk bertukar pikiran. Namun Thomas Parr tidak hadir dengan alasan enggan untuk datang, tanpa menyangka akibatnya.
BACA JUGA:Sejarah Perang Aceh, Pasukan Jihad Membuat Belanda Kelabakan