7 Perang di Daerah, Walau Senjata Tradisional, Belanda Babak Belur

Senin 24-07-2023,11:58 WIB
Reporter : Tim Redaksi RM
Editor : Amris

Perang Padri pun dianggap selesai dengan kemenangan jatuh ke pihak Kolonial Belanda, sementara Tuanku Tambusai bersama sisa-sisa pengikutnya terpaksa pindah ke Negeri Sembilan di Semenanjung Malaya.

Kerajaan Pagaruyung akhirnya menjadi bagian Pax Netherlandica di bawah kendali Hindia Belanda.

Penyebab kegagalan Perang Padri adalah kurangnya senjata, senjata yang kurang modern, dan kurangnya pasukan.

2. Perang Saparua di Ambon

Sikap bangsa Eropa ingin memonopoli hasil bumi seperti rempah di Indonesia sangat menyakiti rakyat. Seperti di Maluku, kolonial Belanda menerapkan berbagai kebijakan yang menyengsarakan bangsa Indonesia seperti kewajiban kerja paksa, penyerahan hasil kelautan, memberhentikan guru demi kehematan, menjadikan kawula muda sebagai tentara, dan ketidakmauan Belanda untuk membayar terhadap perahu yang dipesannya.

BACA JUGA:Tradisi Titip Istri Agar Tidak Kesepian Suku Eskimo Bikin Geleng-Geleng

Menghadapi hal tersebut, para tokoh dan pemuda di Maluku sepakat melawan kekejaman kolonial Belanda. Terjadilah perang antara Belanda dibawah pimpinan Van den Berg dengan Maluku dibawah komando Christina Matrha Tiahahu, Thomas Pattiwwail, dan Lucas Latumahina, yang mana Indonesia mampu menguasai Benteng Duurstede.

Belanda meminta bantuan dari Ambon lewat jalur perairan tetapi digagalkan oleh pasukan Pattimura. Dengan datangnya bantuan dari Batavia maka Belanda membawa semua pasukannya untuk merebut benteng Duurstede dan naasnya benteng tersebut bisa kembali dikuasai Belanda, sehingga sisa pasukan Pattimura berusaha untuk meloloskan diri dari tangan Belanda.

Untuk menangkap Pattimura, maka Belanda membuat sayembara, dimana siapa yang mampu menangkap Pattimura akan diberi hadiah 1000 gulden. 

BACA JUGA:Suku-Suku yang Pernah Berperang dengan Nabi Muhammad SAW

Selama 6 bulan melakukan perlawanan, akhirnya Pattimura tertangkap dan pada 16 Desember 1817 Pattimura dihukum gantung di alun-alun kota Ambon sedangkan pimpinan lainnya seperti Christina Martha Tiahahu dibuang ke Jawa untuk bekerja rodi.

3. Perang Diponegoro

Perang Diponegoro berlangsung pada 1825 sampai 1830 yang menjadi salah satu perang besar yang dihadapi oleh Belanda.

Perang Diponegoro dipicu adanya campur tangan Belanda dalam urusan politik Kerajaan Yogyakarta.

Pada Mei 1825, dibangun jalan baru Belanda memasang patok-patok di tanah leluhur Diponegoro. Kemudian patok tersebut dicabut oleh pengikut Diponegoro.

Perang pecah pada 20 Juli 1825 di Tegalrejo dengan diutusnya serdadu Belanda untuk menangkap Diponegoro.

Kategori :