RADARMUKOMUKO.COM – Pemerintah melalui Kementerian Pertanian (Kementan) tengah melakukan sejumlah usaha untuk membantu penurunan Amy si gas rumah kaca melalui sub sektor kelapa sawit.
Salah satunya adalah dengan penggunaan Biofuel dalam transportasi di industri kelapa sawit.
BACA JUGA:Harga Sawit Terus Merosot, Petani : Doa Terbaik Deh Buat Semuanya
BACA JUGA:Simak Harga Tandan Buah Sawit Terbaru Hari Ini, Naik?
Dimas Nugaraha Suryata, Subkoordinator Direktorat Perlindunga Perkebunan Kementan, menjelaskan bahwa penggunaan bahan bakar fosil dalam Tan portasi dapat berpotensi meningkatkan Amy si gas rumah kaca.
Maka dari itu, diperlukan penggunaan bahan bakar yang ramah lingkungan seperti biodisel dapat membantu mengurangi angka Amy si karbon tersebut.
Meski data persentase penurunan emisi karbon dalam penggunaan bio diesel di transportasi sektor kelapa sawit belum tersedia, ia menjelaskan bahwa pengangkutan buah sawit dari kebun ke pabrik umumnya melibatkan jarak jauh atau jauh.
Maka dari itu, dengan mengganti bahan bakar konvensional dengan biodisel, ini akan memiliki potensi untuk melakukan mitigasi emisi.
Selain itu, penggantian bahan bakar dalam transportasi industri kelapa sawit, yaitu Manajemen lahan juga merupakan aksi penting yang dapat Mengurangi gas rumah kaca dalam sektor kelapa sawit.
BACA JUGA:Bukan Hanya CPO, Sawit Juga Hasilkan Produk Bernilai Tinggi Ini
BACA JUGA:Popularitas Sawit Meningkat, Petani Enggan Menanam Padi
Dimas juga mendorong agar sarana dan prasarana Kebakaran Lahan dan Kebun selalu memenuhi persyaratan yang tercantum dalam Peraturan Menteri No. 5 Tahun 2018.
Hal tersebut mencakup dalam ketersediaan pompa, Slank, dan negara api untuk penanganan kebakaran di lahan perkebunan.
Ia menjelaskan bahwa kebakarn hutan merupakan salah satu penyumbang esmis gas rumah kaca tertinggi.
Maka dari itu, perlu adanya pengendalian kebakaran yang memiliki dampak yang sangat signifikan dalam upaya menekan emisi gas rumah kaca.*