RADARMUKOMUKO.COM - Ternak yang dibebasliarkan menjadi ancaman serius Demontration Plot (Demplot) yang ada di halaman Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Teramang Jaya. Tidak jarang, tanaman sayuran yang dirusak oleh sapi, kerbau atau kambing. Ketika melihat tanaman rusak, para Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) hanya bisa mengelus dada, sabar. Yang bisa dilakukan adalah, memperbaiki pagar yang menjadi akses ternak masuk. Diperbaiki di satu titik, kemudian rusak di titik yang lain.
Koordinator Penyuluh (Koorluh) Teramang Jaya, Iwan Cahaya Irawan, SP, mengatakan, sepanjang tahun, halaman BPP selalu berisi tanaman. Selain pemanfaatan pekarangan, Demplot ini juga sarana penyuluhan. Juga untuk mengasah ilmu para penyuluh, dan hasilnya juga bisa dirasakan bersama. Yang menjadi masalah adalah, sering ternak masuk dan merusak tanaman. Dikatakan Iwan, sebagian pagar BPP ini kawat berduri. Seiring berjalannya waktu, pagar rusak dimakan usia. Usulan pembuatan pagar permanen, kerap kali diusulkan. Hanya saja, belum terealisasi hingga saat ini. Selain pagar halaman, bangunan kantor BPP juga banyak yang rusak. Terutama bagian pintu dan jendela. Selama ini, penyuluh tetap nyaman meninggalkan barang berharga di kantor. Misalnya laptop, karena ada yang tinggal di kantor ini. Belakangan, kantor kosong pada malam hari. Orang yang selama ini tinggal di kantor, telah selesai membangun rumah. Dan menempati rumah barunya.
''Selama tahun 2022 ini, sudah 4 kali tanaman kami dirusak ternak. Barang berharga kami bawa pulang, takut hilang,'' ujar Iwan saat ditemui di kantornya, beberapa waktu lalu.
Iwan menambahkan, ketika tanaman dirusak ternak, pihaknya tidak bisa menyalahkan pemilik ternak. Ia berpikir, ternak diliarkan sudah ada sebelum BPP ini dibangun. Oleh karena itu, ia lebih memilih mengamankan tanaman, dari pada menyalahkan ternak, atau pemiliknya.
''Sebagian desa, warganya tidak bisa tanam sayur di pekarangan rumah. Itu dampak dari kebiasaan warga yang membebasliarkan ternaknya,'' tambah Iwan.
Selain petani, sumber pendapatan masyarakat Teramang Jaya, dari hasil laut. Alias nelayan. Sebagian besar mereka tinggal di Desa Pasar Bantal, Nelayan Indah, Mandi Angin Jaya, dan sekitarnya. Di desa tersebut, pemanfaatan pekarangan untuk tanaman sayuran, lebih rendah dibandingkan Desa Bandar Jaya atau Sido Makmur. Alasannya sangat jelas, nelayan selalu berpikir bagaimana mendapatkan ikan lebih banyak, agar penghasilan meningkat. Mereka tidak berpikir bagaimana meningkatkan penghasilan dengan memanfaatkan pekarangan. Sudah sewajarnya, mereka tidak begitu peduli dengan ternak yang berkeliaran di pekarangan rumah.(dul)